Sebelum cewek bernama Jinan itu meraih knop pintunya, Reva mencegah dengan menyahut, "Gue Reva. Gimana kalau kita berangkat sekolahnya bareng aja? Itung-itung sebagai ucapan permintaan maaf atas mobil gue yang udah bikin lo celaka gitu." kata Reva dengan mukanya yang datar. Ajakannya terdengar ramah, tapi karena pembawaannya yang dingin membuatnya seperti terkesan hanya basa basi belaka.
Jinan pun dengan cepat menuliskan responnya.
Nggak perlu. Gue bisa berangkat sendiri kok. Lagipula itu bukan salah mobil lo, tapi gue sendiri yang ceroboh nggak bisa ngehindar. Gue turun dulu ya.
Tulisnya tak kalah dingin.
"Jangan! Lo nggak lihat nih seragam kita samaan? Udah lo mending ikut gue aja bareng. Gue nyalain nih mobilnya." paksa Reva seraya benar-benar menyalakan mobilnya membuat Jinan terlihat seperti tidak nyaman.
"Udah, lo tenang aja sama gue. Asal lo tahu aja, lo itu orang pertama yang bisa semobil sama gue. Harusnya lo bangga bisa berangkat bareng sama orang kayak gue." ucap Reva dengan pedenya. Sementara dua sosok yang mendengarnya di belakang hanya bisa mendengus tak menyangka bahwa Reva bisa sesongong itu anaknya. Untungnya Jinan yang mendengar tepat di sampingnya itu tampak terlihat biasa saja.
Nggak apa-apa?
Tulisnya."Iya, udah lo santai aja. Gue abis ini nggak ada niatan buat rundung lo juga, kok. Btw, lo murid baru apa gimana?" sahut dan tanya Reva begitu mobil sudah melaju di jalan raya.
Iya, gue murid baru. Harusnya gue nggak sekolah di sini, tapi kata guru di sekolah lama gue, mending gue coba sekolah formal aja. Tadinya gue pikir nggak bakal diterima, taunya malah keterima. Jadi yaudah.
Jinan menyelesaikan tulisannya setara seperti mengetik pesan di ponsel. Reva tak berhenti untuk dibuat terus terperangah dengan itu.
"Oohh.." responnya dengan manggut-manggut.
Lo nggak jemput teman lo dulu, kah?
Reva tertegun tak langsung menjawab. Ia kelihatan tampak seperti sedang berpikir.
Maaf kalau pertanyaannya susah
Tulis Jinan lagi seraya menunjukan wajah merasa bersalah.
"Nggak. Gue cuma bingung aja jawabnya. Kan, tadi gue udah bilang sama lo kalau lo itu orang pertama yang gue ajak buat berangkat bareng sama gue." sahut Reva dengan menatap lurus ke depan.
Jinan hanya mengangguk paham dengan maksud perkataan Reva barusan.
Terdengar agak sedikit mustahil ya kalau orang seperti lo bisa nggak punya teman..
"Kenapa harus mustahil?" -Reva.
You know what i mean
Tulisnya dengan mengangkat sebelah alis."Oke. Kalau teman sekedar dekat biasa aja gue emang punya. Banyak malah. Cuma, teman yang sampai kelevel sahabat itu yang nggak ada." tutur Reva sambil menggerakan tangannya. "Lo sendiri? Ada emang yang mau jadi teman lo?" tanyaan Reva sukses membuat Freya dan Gracio yang mendengarnya di belakang kompak memelototkan mata menatap Reva dengan tajam. Tapi, yang dilihatin malah bersikap biasa saja seperti tak merasa ada yang salah.
"Parah Reva nanyanya kayak nggak punya otak!" celetuk Gracio dengan melirik tajam ke Reva.
Gue dulu punya teman. Tapi, sekarang udah nggak..
"Yang begitu itu tuh, makanya gue nggak mau punya teman dekat." Reva menimpali dengan memberhentikan mobilnya tepat di parkiran sekolah.
Tapi, teman gue pergi karena dia dipanggil sama Tuhan..
Sahutan Jinan sukses membuat tangan Reva yang mau buka pintu jadi seketika tertahan. Ia bergantian melihat kertas dan wajah Jinan yang tengah tersenyum tipis.
"Lo serius nulis hal begitu sambil senyum?"
Jinan hanya mengangguk cepat membenarkan.
Sesaat mereka keluar, Reva baru menyadari adanya satu hal. Ia melirik pada jam di tangannya yang menunjukan pukul tujuh lewat limabelas menit. Itu artinya ia sudah lewat setengah jam dari waktu yang biasanya ia tiba di sekolah. Biasanya Reva datang ke sekolah selalu di jam setengah 7.
Sesaat Reva jadi teringat dengan sepanjang perjalanan mereka, ia tak melihat adanya tirai penyintas waktu yang biasa dikeluarkan oleh Gracio. Makanya ia sekarang tiba di sekolah dengan jam normalnya.
Kenapa lo tiba-tiba bengong di situ?
Tanya Jinan seraya menunjukan kertas tepat di depan wajah Reva saat ia masih tak bergerak ditempatnya.
"Eh? Oh! Iya!" sahut Reva yang seketika tersadar dari lamunannya. Ia berjalan masih dengan wajah yang penuh kebingungan serta keheranan. Sesaat ia pun curi - curi pandang pada Jinan. Apa karena gue sama nih anak ya makanya Gee nggak bisa keluarin tuh portal.
"Lah, iya lah ngab. Yang ada anak orang kaget lihat tiba-tiba jalanannya berubah." sahut Gracio yang tak menunjukan eksistensinya alias hanya suaranya saja.
Tanpa sepengetahuan Jinan, Reva mengangguk membenarkan perkataan Gracio barusan.
Di persimpangan koridor keduanya pun berpisah jalur. Jinan masih ada urusan dengan administrasi sekolah yang mesti diselesaikan, sedang Reva tak berniat sama sekali untuk menemani. Mungkin karena baru kenal.
"Padahal tadi di mobil kalian udah ngobrolin banyak hal." celetuk Freya sesaat Reva menaiki undakan tangga menuju kelasnya.
"Kalian ngerasain ada yang beda nggak sih dari anak itu?" tanya Reva tak menggubris sindiran Freya.
"Lah, emang beda kali. Lo beruntung dan dia lebih istimewa." sahut Gracio dengan menggunakan bahasa yang tak menyinggung. Padahal orangnya juga tak mendengarnya.
"Nggak, buk---"
"Rev! Lo pakai earpod model apaan kok nggak kelihatan?" tegur Anin teman sekelas Reva. Ia menegur begitu karena melihat Reva yang lagi ngomong sendiri, ia pikir tadinya Reva lagi telponan, tapi pas lihat earpodnya di telinga nggak ada sama sekali ia pun menegur.
"Ng.. gue cuma lagi ngapal dialog buat konten doang." sahut Reva asal.
"Lo youtuber?" tanya Anin lagi.
Reva menggeleng keras.
"Tiktokers?"
"Nggak."
"Selebgram?"
"Ini nggak ada sangkut pautnya sama sosial media. Lagian gue nggak mainin semua aplikasi yang lo sebutin barusan." sahut Reva begitu mereka sudah berada di lantai koridor menuju kelas.
"Oh, gitu ya." sahut Anin yang masih merasa bingung dan aneh pada sikap Reva tadi, tapi dia diam saja seolah mengerti. Reva sendiri pun tak perlu merasa harus untuk menjelaskan.
"Di abad ke-40 nanti, semua orang cari uang pakai dua cara lho, Rev. Bikin konten bareng robot, atau bikin robot buat jadi uang." ucap Gracio menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAYERS || 48 [Completed]
Детектив / ТриллерAku bisa melihat dua dunia sekaligus dalam satu waktu.. Kalau kalian nyari yg kapal-kapalan, nggak ada di sini. kalau kalian nyari yg uwu-uwu, nggak ada juga di sini. Dan kalau kalian nyari yg alurnya mainstream, juga nggak ada di sini. KARENA...