✔️EPS. 5

389 55 1
                                    

"Nama gue Deo. Gue dari kelas 11 Ips 3." ucap Deo dengan mengulurkan tangannya ke hadapan Reva dan Jinan. Dalam beberapa saat tak ada reaksi apapun, tapi setelah Deo tak berniat menurunkan tangannya, mau tidak mau Reva dan Jinan membalas jabatan tangannya sambil menyebutkan nama mereka masing-masing.

"Jadi, kalian berdua juga bisa lihat rawa yang ada di dekat gudang tua itu, kan?" tanya Deo lagi seraya ikut duduk di bangku depan keduanya.

Reva tak langsung menjawab, ia menoleh pada Jinan yang sedang menulis dengan cepat.

Kalau bisa lihat emang kenapa?

Prook!!

Deo bertepuk tangan sebelum akhirnya berkata,
"Berarti gue nemuin juga akhirnya orang yang bisa lihat apa yang gue lihat. Karena selama ini cuma gue doang di sini yang bisa lihat aktivitas mereka di sana." kata Deo dengan nada seolah bersyukur.

"Aktivitas?" beo Reva tak mengerti.

"Iya. Aktivitas. Kegiatan. Jangan bilang kalian cuma bisa tahu doang tapi nggak benar-benar tahu akan keberadaan rawa itu sendiri." ucap Deo dengan memiringkan kepala seraya memicingkan matanya.

"Kenapa lo kesannya kayak nyurigain kita gitu, ya? Lagian urusan lo sama kita apaan emang? Main nimbrung - nimbrung aja omongan orang. Kenal juga nggak." cibir Reva dengan menatap tidak suka.

"Nah, itu. Sekarang gue lagi bikin urusannya sama kalian." sahut Deo dengan santai. Sikapnya benar-benar seperti orang yang sok akrab. Padahal, belum juga Reva kenal dekat sama yang namanya Jinan, muncul lagi tokoh ketiga dalam cerita hidupnya.

Duh, nggak usah bertele-tele deh..
Lo ada maksud apa sebenarnya sama kita?

Belum sempat Deo membuka mulutnya untuk menjawab. Bel masuk berbunyi dengan nyaringnya dalam ruangan kantin yang sunyi itu. "Kalau mau tahu urusannya apaan. Nanti kita ketemu di depan gudang tua sepulang sekolah." katanya sambil beranjak dari bangku. "Gue tungguin!" lanjutnya lagi dengan berjalan mundur yang sesaat kemudian berbalik dan berlari.

"Cowok aneh." gumam Reva dengan menyuapkan sisa roti yang daritadi ia makan sambil bicara.

Kok, abis dia pergi hawanya jadi dingin banget ya..

_____________________

Sepulang sekolah di depan gudang tua dalam lorong koridor yang sunyi dan nyaris berada di belakang sekolah. Reva tengah berdiri sambil menatap ke sekitar seperti tengah mencari-cari sesuatu. Posisinya persis di tempat sosok yang tadi siang sempat terjatuh dari atap.

"Gee?" panggil Reva pada temannya yang hidup di masa depan. Tapi, tak ada sahutan.

"Sepertinya Gracio lagi berada di zamannya, Rev." sahut Freya yang muncul dari balik pilar.

Reva membulatkan bibirnya mengatakan o tanpa suara. "Omong-omong, lo lihat nggak tadi ada kucing sekitar sini?" tanya Reva kemudian.

"Oh, kucing tadi? Tidak tahu. Tapi, tadi aku juga lihat. Terus sekarang tidak tahu perginya ke mana." sahut Freya.

Drap! Drap!

Karena mendengar suara langkah kaki di belakangnya, Reva pun berbalik dan mendapati Jinan yang tengah memasang wajah kagetnya.

"Jinan?" sapa Reva dengan mengernyit. Jinan langsung menuliskan sesuatu dikertas catatannya.

Dari ujung sana gue jalan nggak ada lihat lo sama sekali sumpah.

"Dih, jangan ngadi-ngadi, deh, lo. Lo pikir gue makhluk astral sampai nggak kelihatan segala?" Reva memutar bola mata malas. "Eh, lo ngapain ke sini? Jangan bilang lo juga ngikutin kucing lagi." ujar Reva dengan wajah andalannya, datar.

LAYERS || 48 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang