Tadinya Reva kira alur ceritanya di hari itu akan sedikit lebih mirip dengan cerita-cerita yang sering ia baca di komik. Semacam dipertemukan kembali dengan orang yang tak sengaja ia temui tadi pagi misalnya. Nyatanya tidak dan setelah satu jam pelajaran berlangsung, Jinan tak kunjung mendatangi kelasnya. Ia justru malah berada di kelas yang berbeda. Entah kenapa bisa Reva sempat berharap seperti itu. Padahal sebelumnya ia biasa saja saat tak terlalu berinteraksi dengan teman sekelasnya.
Begitu bel istirahat tiba, pandangan dua dunianya seperti biasa muncul tiba-tiba seolah tahu waktu --- padahal tidak juga. Saat semua orang sudah keluar kelas dan hanya menyisakan Reva sendirian, suasana kelas yang tadinya sepi secara realitanya, mendadak ramai dengan banyaknya lalu lalang seperti orang-orang yang beraktivitas layaknya manusia di zaman modern. Sensasinya seakan tengah berada di pasar tapi tidak asli. Reva juga tidak mengerti kenapa bisa begitu. Seolah semuanya muncul secara random.
Dua masa dengan peradaban yang berbeda pun muncul secara bersamaan mirip seperti wilayah perbatasan yang saling bertabrakan. Uniknya, jalanan dan keadaan di sekitarnya seolah seperti penampakan dengan bentuk transisi dari zaman dulu ke zaman yang ada di masa depan. Yang tadinya hanya tempat yang penuh dengan rawa dan bambu liar, di masa depan justru berubah menjadi sebuah gedung besar bertingkat dengan alat - alat yang tidak bisa Reva pahami konsepnya apa, saking uniknya. Mirip seperti lift kaca tapi bukan. Terlihat kosong tapi ada suatu benda yang tampak transparan sering naik turun disitu. Entah apa namanya.
Saat satu orang teman sekelasnya kembali ke kelas, penglihatan Reva pun langsung kembali ke dimensi di mana ia berada seharusnya. Ia otomatis memijat hidungnya karena sesaat ia merasakan pusing pada area sekitar matanya.
"Lo ngapain begitu? Anak - anak yang lain udah pada mau masuk lho." tegur Anin saat posisi Reva tengah berdiri di atas bangku yang diletakkan di atas meja. Tanpa ia sadari ia sudah berada di posisi itu tanpa ingat sudah meletakkan sendiri bangkunya.
Tersadar dengan aksi randomnya itu, Reva pun langsung meringis seraya meletakan bangku kembali ke tempatnya. Sedang Anin hanya menatap dengan penuh keheranan saja.
Reva lantas pergi keluar kelas menuju belokan koridor sepi yang jarang dilewati. Ia kemudian berhenti tepat di depan gudang.
"Uhhh, bisa-bisanya gue nggak nyadar udah mainin bangku sampe ketahuan segala. Untung yang lihat cuma Anin doang." gerutu Reva dengan sedikit mengacak rambutnya.
Gap!
Reva hampir saja mengeluarkan jurus bela dirinya pada seseorang yang baru saja menyentuh punggungnya, ketika begitu ia menoleh rupanya Jinan yang sedang menatapnya dengan penuh keheranan.
"Ya ampun, Jinan! Gue pikir lo siapa! Ngagetin aja sih lo! Ngapain lo tiba-tiba muncul kayak gitu? Udah kayak setan aja!" kata Reva dengan mengelus dadanya pelan tapi ngegas.
Jinan lantas memberikan secarik kertas yang baru ditulisnya.
Tadi gue ngikutin kucing ke mari. Lo liat nggak?
"Kucing? Kucing apaan? Gue aja baru nyampe ke sini, tapi nggak ada liat apa-apa selain sepi doang." sahut Reva heran.
Sejenak Reva pernah ingat kalau dalam beberapa hari yang lalu ia juga pernah ada bertemu dengan seekor kucing di sekolahnya itu. Tapi, saat ia mencoba untuk mengikuti kemana kucing itu pergi, tiba-tiba saja kucingnya hilang. Dan tak lama dari itu Reva lupa dengan bagaimana rupa dan warna dari kucing yang ia lihat. Ia hanya ingat lihat kucing tapi lupa dengan perawakan kucing tersebut. Aneh memang.
"Nan?" panggil Reva pada Jinan yang kali ini lebih lama untuk menjawab tanyanya. "Kenapa lo malah diam?" tanyanya lagi dengan menaikan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAYERS || 48 [Completed]
Mystery / ThrillerAku bisa melihat dua dunia sekaligus dalam satu waktu.. Kalau kalian nyari yg kapal-kapalan, nggak ada di sini. kalau kalian nyari yg uwu-uwu, nggak ada juga di sini. Dan kalau kalian nyari yg alurnya mainstream, juga nggak ada di sini. KARENA...