✔️EPS. 17

245 37 4
                                    

"Mereka?" beo Reva dengan menaikan satu alisnya sambil menatap ayahnya tak percaya. "Cuma mereka Papa bilang?" tanyanya lagi dengan membalas tatapan Niel.

"Setahu papa kamu tidak pernah peduli dengan apapun yang dirasakan oleh orang lain. Kenapa sekarang tiba-tiba kamu seperti terkesan peduli? Tak apa. Papa justru bangga kamu sudah mulai tumbuh dewasa--- Tapi! Hal itu tak akan mengubah apapun dengan kenyataan yang sudah terjadi." ujar Niel lagi.

"Baik. Kalau itu mau Papa. Aku mengerti sekarang." sahut Reva sambil manggut-manggut.

"Sudah papa duga. Kamu tidak mungkin menolak permintaan pa---"

Dalam sekejab suasana tempat di sekeliling Reva dan ayahnya bukan lagi ruang bawah tanah melainkan tempat asing yang belum pernah Reva datangi.

"Tempat apa ini, Reva?!" tanya Niel dengan membentak.

"Ini adalah penjara yang ada di masa depan. Manusia yang berbuat kesalahan akan dikurung di dalam ruangan besar yang mirip seperti labirin. Yang pasti, mereka tak akan pernah bisa keluar meski sudah berjalan sejauh apapun." terang Gracio yang muncul tiba-tiba.

"Kau datang disaat yang tepat, Gee." ucap Freya yang turut bisa ikut ---karena ada Reva.

"Reva!!" hardik Niel lagi seraya meraih kerah baju Reva tapi tak sampai karena Reva sudah lebih dulu menghindar.

Reva tak menyahut dan hanya memainkan alisnya pada Gracio yang mengerti akan kodenya. Sesaat kemudian ketiganya pun kembali ke tempat semula.

"Huhh! Hampir saja." ucap Reva dengan lega.

"Akan kita apakan kulit-kulit ini sekarang? " tanya Freya.

"Gue bakal kuburin dengan layak." jawab Reva.

"Bagaimana jika ayahmu menemukannya? " tanya Freya lagi.

"Itu adalah tugasku." sahut Gracio.

Reva kembali mengangguk seraya mengangkat kotak berisi kulit tadi dan membawanya ke atas diikuti keduanya.

"Kok, langitnya cerah?" tanya Reva tertegun saat sudah berada di ruang tengah. Karena langit - langit rumahnya di ruang tengah sebagianny terbuat dari kaca.

"Nggak tau. Gue nggak ada mempercepat waktunya sama sekali." jawab Gracio.

"Reva, lihat keluar sekarang!" seru Freya yang sudah mengintip di jendela. Reva dan Gracio pun bergegas mengampiri.

Tampak dari luar orang-orang berjubah hitam berlalu lalang dengan membawa kotak yang sama dipegang oleh Reva sekarang.

"Ini masih rumahku, kan?" tanya Reva pada dirinya sendiri seraya menatap ke sekeliling.

"Gue rasa ayah lo sebelum masuk udah mindahin dimensi ini ke suatu tempat agar kita semua nggak bisa kabur, Rev." ucap Gracio yang ikut menatap ke sekeliling.

"Itu artinya dia udah tahu dong gue bakal nolak permintaan dia makanya dia udah siapin ini semua." kata Reva.

"Dan dia juga sudah pasti tahu kalau bakal dikurung di tempat asing di masa depan itu."

"Jadi, rencana papa sebenarnya apa, ya?"

Tiba-tiba dering ponsel dari lantai dua kamar Reva berbunyi sangat nyaring.

"Itu kan bunyi hap---" Reva terhenti bicara sesaat tak mendapati ponsel di saku celananya.

Reva langsung berlari naik ke atas dan mendapati ponselnya tergeletak di lantai dengan panggilan masuk dari Jinan. Ia sempat tertegun sesaat tapi tetap mengangkatnya.

LAYERS || 48 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang