12. PERPUSTAKAAN

15.3K 1K 17
                                    

Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.

Chapter ini adalah bagian yang sudah direvisi.

HAPPY READING!!

****

Perpustakaan SMA Harapan siang itu sangat sepi. Biasanya akan sangat ramai saat jam istirahat seperti ini. Setelah selesai makan, Helsa berpamitan pada sahabat-sahabatnya untuk ke sini. Seperti biasa, novel yang ia baca tempo hari belum selesai.

Di setiap lorong yang disekat rak buku itu Helsa tidak menjumpai novel itu, padahal sudah ia simpan pada tempatnya. Dengan berat hati, gadis itu membatalkan acar bacanya. Namun seseorang datang dan memberikan novel itu.

"Lo suka novel bergenre fantasi?" tanya Dito.

Ardito. Kenapa Helsa harus berhadapan lagi dengan dia? Dua hari yang lalu, Dito menitipkan tas Helsa pada Bella. Meskipun satu sekolah, Helsa tidak ingin bertemu dengan sosok yang satu ini. Gadis itu takut kalau sewaktu-waktu Akmal mengetahui keberadaan mantan pacarnya ini, apalagi Helsa tidak pernah menceritakan tentang siapa saja cowok yang pernah dekat dengannya.

"Baca aja, Dit. Gue udah nggak minat," katanya dan beranjak dari hadapan cowok itu. Namun dengan cepat Dito mencekal pergelangan tangan Helsa, lalu ia dorong gadis malang itu untuk bersandar pada rak buku disana.

"Semakin lo nolak gue, semakin gue jatuh cinta sama lo. Gue nggak peduli siapa pacar lo itu, gue tetap bakal kejar lo sampai jadi milik gue lagi. Dan satu yang harus lo ingat, kita nggak pernah putus."

"Sinting lo!" Suaranya bergetar, matanya memanas. Helsa terjebak disini bersama cowok kurang ajar ini.

"Helsa, gue sayang sama lo," ungkap Dito.

Setelah mengatakan demikian, Dito lengah dan itu dibuat kesempatan oleh Helsa untuk menamparnya. Suara tamparan itu menggemas seisi ruangan, air mata Helsa meluruh.

"Gue pastiin lo bakal nyesal dengan apa yang udah lo buat barusan." Helsa menolak tubuh itu, dan berlalu meninggalkan Dito dalam diamnya.

"Helsa!!!" Dito berjalan keluar, menyusul Helsa yang sudah berlari keluar koridor perpustakaan. Namun, yang dia temui diluar adalah Arjun. Tatapan cowok itu sangat tajam, satu alisnya terangkat, sudah pasti Arjun tidak mengenali Dito.

"Lo apain Helsa?" Arjun bertanya, netranya beralih pada nametag cowok itu.

"Ardito," sebutnya, "lo murid baru?"

Dito berdecak kesal, "gue nggak punya urusan sama lo."

"Kalau lo berurusan sama Helsa, itu berarti lo berurusan sama gue." Arjun melangkah penuh, wajah keduanya semakin dekat, "Helsa itu segalanya, lo sentuh dia, lo juga habis sama gue."

Arjun melangkah tegas meninggalkan Dito, cowok itu masih mencerna setiap ucapan Arjun barusan. Hingga akhirnya Dito sadar bahwa yang baru saja memberi ancaman padanya adalah pacar Helsa.

***

Akmal membuka pintu rumah yang sedari tadi diketuk. Oh, ternyata cuma Arjun tamunya.

"Jam segini lo ke rumah gue, Jun. Diusir sama ibu lagi?" tanya Akmal menggurau. Nyatanya memang seperti itu, rumah Akmal menjadi tempat tampungan temannya yang diusir dari rumah, salah satunya adalah Arjun.

Arjun terkekeh, "ada Helsa?" tanyanya.

"Gue baru beres latihan, baru banget sampai rumah. Kenapa nanya calon istri gue?"

"Lo harus sidak dia, dan harus sampai dijawab dengan jujur," kata Arjun, "cewek lo dibuat nangis sama cowok. Murid pindahan," ujar Arjun.

"Tadi siang biasa aja sih pas gue jemput di sekolah," kata Akmal.

AKMAL HELSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang