Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.Chapter ini adalah bagian yang sudah direvisi.
HAPPY READING.
***
"Nanti malam aku ke rumah," ujar Akmal. Tangannya mengusap lembut pipi Helsa, "masih sakit, hm?" tanya Akmal.
Helsa tersenyum, meraih tangan kekar itu dari pipinya, "udah mendingan kok. Kamu habis dari sini mau kemana?" tayanya.
"Ke rumah tante Dilah lagi. Urusan sprei di kamar tadi belum kelar," jawab Akmal.
"Kenapa tadi pas mandi nggak sekalian sih, kan harus kamu sendiri."
"Tidak masalah, sayang. "
"Ya udah, aku langsung masuk," kata Helsa.
Sebelum melepas Helsa masuk ke rumah, cowok itu menyempatkan diri mengecup kening gadisnya. Hal itu membuat keduanya mendapat tatapan kagum dari beberapa orang yang lewat di jalanan komplek perumahan. Sangat romatis.
"Sekali lagi, selamat ulang tahun, sayang," ucap Akmal, mencium buku-buku jari tangan gadisnya penuh cinta.
"Cincinnya," cicit Akmal.
"Baru banget di kasih sama tante Dilah, makasih sayang," ucap Helsa.
"Dijaga sayang," pesan Akmal pada Helsa.
Gadis itu mengangguk. Ia pasti akan menjaga cincin itu untuk Akmal. Helsa sangat menghargai pemberian itu, baginya ini sangat sakral.
***
Akmal menghentikkan motornya tepat di rumah milik neneknya, rumah yang ditempati tantenya. Cowok itu menetralisir rasa gugupnya, sebentar lagi ia akan disidak oleh wanita setenga baya itu. Tapi, Akmal tidak perluh takut, ia sendiri tahu bahwa wanita itu tidak akan memarahinya terlalu lama.
Baru hendak melangkah ke kamarnya, suara dari dapur langsung menyambarnya begitu saja.
"Akmal," seru Dilah dari sana.
"Iya," sahutnya.
"Antar Helsa sampai rumah? Duduk!"
Akmal mendengus pelan, mengikuti perintah tantenya untuk duduk di ruang tengah. Cowok itu memang tidak akan membantah apa saja yang disuruh Dilah, ia sangat menghormati adik dari ayahnya itu.
"Kamu apain Helsa tadi?" tanya Dilah, mulai serius.
"Nggak ngapa-ngapain," selahnya dengan tampang yang masih biasa saja.
"Masih belum mau jujur?" Dilah kembali mengintimidasinya.
"Ok, seperti yang tante tahu."
Dilah menghembuskan nafasnya berat, ia memandang keponakannya dengan tatapan kecewa. Cara Akmal salah jika mau memiliki Helsa seutuhnya, bukan seperti itu, mengambil sesuatu yang belum menjadi hak nya.
"Kamu mikir nggak gimana perasaan orang tuanya? Kamu mikir nggak sama masa depan Helsa?" tanya Dilah beruntun.
"Masa depan Helsa sama dengan masa depan Akmal. Nggak ada yang perluh ditakuti, karena selamanya Helsa sama Akmal terus." Akmal memandang Dilah dengan serius, seolah memberi tahu pada wanita itu bahwa tidak ada yang perluh ditakuti.
"Kalau hamil, kamu akan bertanggung jawab? Sedangkan kalian sendiri masih sekolah, Helsa masih terlalu muda, Akmal!" tekan Dilah.
"Apapun yang terjadi pada Helsa itu semua yang akan Akmal tanggung," tegasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKMAL HELSA
Teen Fiction"Aku selalu pengen punya keluarga yang sempurna." Akmal dan Helsa sudah menjalin asmara selama tiga tahun. Memasuki tahun terakhir di sekolah, Akmal resmi dikeluarkan dari SMA Harapan. Di SMA Diaksa, Akmal melanjutkan satu tahun terakhir di masa put...