25. ANEMIA

9.4K 759 7
                                    

Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.

Chapter ini adalah bagian yang sudah revisi.

HAPPY READING

***

Langit siang terlihat begitu cerah hari ini. Namun, tak secerah hati pemuda yang duduk di kursi pantry dapur rumahnya. Akmal memandang keluar jendela dapur. Rumah ini tampak tidak berpenghuni, tubuh Akmal memang disini, namun hati dan pikirannya berada jauh. 

Tidak pernah terduga bahwa hari ini akan datang. Hari ini, Helsa berangkat ke Kanada. Tanpa ada kabar dari siapapun, bahkan dari sahabat-sahabatnya. 

"Akmal," seorang gadis memeluk tubuh polosnya  dari belakang. Matanya melotot ketika mengetahui   gadis ini. 

"Tau dari mana lo rumah gue?" 

"Tau dong, kan rumah calon pacar," celetuk Rania.

Ya, gadis itu adalah Rania. Entah bagaimana gadis itu mengetahui alamat rumah Akmal. 

"Pergi dari sini!" usir Akmal.

Rania memanyunkan bibirnya, laki-laki ini sedang patah hati, tapi galaknya tetap stabil. 

"Kamu bisa nggak sih, lembut sama aku?! Setidaknya sekali saja," pinta gadis bersurai pendek itu, menatap lekat pada manik mata Akmal.

"Cewek kayak lo itu, nggak pantas dilembutin apalagi dicintai. Murahan!" sebut Akmal. 

Air muka Rania berubah, mulutnya Akmal ini tajam sekali. Dengan amarahnya, Rania berani membalas perkataan Akmal.

"Lebih murahan mana? Aku atau cewek yang mau diajak kabur sama cowok?" 

"BERANI LO BAWAH-BAWAH NAMA HELSA?!" teriak Akmal.

Satu tangannya sudah mengudara, bersiap untuk menampar gadis dihadapannya ini. Namun, Akmal mencoba untuk menahan kemarahannya. Sebrengsek apapun dia tidak pernah kasar pada perempuan.

"TAMPAR AKU! KALAU ITU BISA BUAT KAMU SENANG!" tantang Rania. 

Akmal menggertak giginya, sehingga menghasilkan sedikit bunyi dari rahangnya. 

"Keluar dari rumah gue," lirihnya sambil menarik kasar pergelangan tangan Rania. 

"Akmal! Kamu jahat banget, deh," seru Rania, mencoba melepaskan genggaman pemuda itu dari pergelangan tangannya. 

"Jangan pernah lo datang kesini! Gue muak sama lo,"  ujar Akmal lalu menutup pintu rumahnya. 

***

"Sial!" Rania menendang pot bunga yang ada di pekarangan rumah Akmal. Gadis itu marah, Akmal selalu begitu padanya. 

"Cowok stres!" sebutnya. "Tapi nggak masalah, hari ini gue bahagia. Akhirnya, gadis sial itu di depak dari Jakarta." 

Gadis itu meninggalkan pelataran rumah Akmal, menunggu taksi yang lewat dan pergi mengunjungi Deolora. 

***

AKMAL HELSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang