27. HELSA GALAU

8.7K 676 16
                                    

Udah vote?Yuk, vote sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.

Chapter ini adalah bagian yang sudah revisi.

Happy Reading 💕

***

Setelah hampir satu minggu absen, hari ini Akmal kembali ke sekolah. Sebelumnya, dia dipanggil kepala sekolah dan guru BK untuk kasusnya beberapa hari yang lalu. Semua sudah dijelaskan dengan sejujurnya, tidak ada yang Akmal tutupi.

Sekolah tidak memberi skors atau SP. Dia hanya diberikan teguran biasa. Akmal juga sudah mengakui kesalahannya.

"Jadi, Helsa tetap di Jakarta? Tapi, kalian backstreet?" tanya Reno.

"Mamanya Helsa keras juga, Papanya gimana?" Kali ini David yang bertanya.

"Papanya itu selalu percaya anaknya," jawab Akmal.

"Terus kapan dia keluar?"

"Lusa. Mungkin, " jawab Akmal, bimbang.

Disela-sela perbincangan mereka, Rania datang bersama Deolora. Gadis itu membawa beberapa lembar kertas. Entah lah, Akmal dan teman-temannya tidak peduli.

"Akmal, buat kamu," ujar Rania, menyodorkan sebuah undangan tepat wajahnya.

"Nggak minat!" sambar David.

"Gue kasih Akmal, bukan elo," sinis Rania.

Akmal membuka undangan berwarna biru yang diberikan Rania. Disana, tertera nama gadis itu. Rupanya itu undangan sweet seventeen-nya.

"Gue nggak punya waktu. Cewek gue lebih penting," tukas Akmal.

Rania memutar bola mata malas. Helsa lagi, Helsa lagi. Apa istimewanya gadis penyakitan itu.

"Sekali ini saja. Aku janji setelah ini nggak akan ganggu kamu lagi," mohon Rania.

"Gue bilang enggak, ya enggak!" Ketus Akmal.

"Emang lo serius, Ran?" tanya Reno, memastikan. "Serius nggak bakal ganggu Akmal setelah acara ini?"

Rania mengangguk antusias.

Reno mengarahkan pandangannya pada Akmal, mungkin ini kesempatan biar Rania tidak mengikutinya lagi.

"Al, lo yakin mau buang kesempatan ini? Kalau gue sih mau, biar nggak berurusan lagi sama ni cewek stres," saran Reno, mungkin ada benarnya juga.

Akmal mendengus kesal, memperhatikan gadis yang berdiri dihadapan mereka. Dia diam, menimang-nimang ucapan Reno.

"Harus banget rayakan di Bandung," sindir David, laki-laki ini selalu menaruh curiga pada Rania.

"David, mukanya nggak usah gitu juga. Ini buat lo semua juga. Nih," ujar Rania lalu memberikan beberapa undangan itu pada mereka.

"Serius?" Dimas meraih undangan itu. "Boleh juga nih."

AKMAL HELSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang