Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.
Chapter ini adalah bagian yang sudah direvisi
HAPPY READING.
***
Helsa menggeliat kecil dalam tidur, kelopak matanya perlahan terbuka. Pemandangan di depan ini membuatnya tersenyum kecil, wajah Akmal terlihat damai dalam tidur. Dengan jemari lentiknya, dia meraba rahang tegas itu. Akmal mirip seperti mamanya, mata dan juga bentuk wajahnya sama persis.
Akmal sudah mulai terganggu dengan aksi Helsa yang terus menangkup wajahnya. Lihat bagaimana netra keduanya bertemu, Helsa tampak memperhatikannya dengan seksama. Akmal tersenyum samar, tangannya mempererat pelukannya pada pinggang kekasihnya. Lebih dekat, wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.
Pemuda itu mengerjap mata berulang kali, kepalanya terasa pusing akibat alkohol semalam.
"Mau aku buatin mie instan?" tawar Helsa. Gadis itu cukup tahu bahwa biasanya orang yang baru sadar dari mabuk akan lebih nikmat jika memakan sesuatu pedas, misalkan mie instan.
"Boleh," jawabnya senang.
"Tapi masih pagi banget, Al," keluh Helsa. Ya, jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Entah mengapa keduanya bangun secepat ini.
"Ya udah."
"Ya udah apa?" tanya Helsa bingung.
"Lanjut tidur."
"Nggak, udah pagi," sergah Helsa.
"Aku mau nanya, boleh?" tambah Helsa.
"Apa sayang?"
"Kenapa segala sesuatu kamu harus pakai alkohol? Maksud aku apa nggak ada cara yang bisa atasi masalah kamu?" tanya Helsa.
"Maaf, sayang."
"Al, alkohol nggak bisa selesaikan masalah sekecil apapun itu. Kamu bisa cerita ke aku," tutur Helsa lembut.
"Apa nanti aku masih bisa cerita ke kamu, kalau penyebabnya adalah kamu sendiri?" Akmal bertanya, tatapannya begitu senduh.
Helsa tidak mengerti apa maksud lelaki itu, dia mengubah posisi bersandar pada kepala ranjang.
"Sa, jawab!" desak Akmal.
"Al, kamu ngomong apa sih!"
"Kamu tahu aku selalu takut. Setiap aku terbangun dari tidur aku selalu memastikan keberadaan kamu, aku ngelihat chat terakhir kita, apa baik-baik aja?"
Akmal memjamkan matanya, "kamu cuma milik aku."
"Kamu bisa janji nggak bakal pergi kan, sayang?" Akmal terus memastikan.
"Iya, kita bakal sama-sama terus," ucap Helsa bersungguh-sungguh.
Begitulah Akmal. Ketakutan akan kepergian Helsa selalu menghantuinya. Setiap hari dia akan selalu bertanya mengenai perasaan gadisnya itu, apakah Helsa bosan padanya? Apakah Helsa masih mecintainya?
***
Suasana SMA Harapan pagi itu sangat ramai. Kepala sekolah dan guru sedang mengadakan rapat persiapan ujian akhir semester nanti. Para muridnya berhamburan memenuhi halaman sekolah, ada yang ke kantin, bermain footsal, berpacaran, dan masih banyak lagi.
Sepasang remaja baru memasuki gerbang sekolah, vespa black matte itu melaju pelan masuk parkiran sekolah. Hari ini memang bebas. Akmal dan Helsa sengaja datang agak siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKMAL HELSA
Fiksi Remaja"Aku selalu pengen punya keluarga yang sempurna." Akmal dan Helsa sudah menjalin asmara selama tiga tahun. Memasuki tahun terakhir di sekolah, Akmal resmi dikeluarkan dari SMA Harapan. Di SMA Diaksa, Akmal melanjutkan satu tahun terakhir di masa put...