Udah vote?
Yuk, vote sebelum baca.Chapter ini adalah bagian yang sudah direvisi.
HAPPY READING.
****
"Hai, Helsa."
Gadis bersurai panjang itu tersentak saat mendapati Dito dihadapannya. Ia selalu khawatir saat mantan pacarnya itu menyapa.
"Mau ke kantin? Bareng gue kalau gitu," ujar Dito.
Koridor lantai dua sedang ramai, karena memang jam istirahat pertama baru saja dimulai.
Sebenarnya Helsa tidak sendiri, masih ada Ranaya dan lainnya sudah menunggunya di kantin. Gadis-gadis genit itu memang selalu meninggalkannya sendiri.
"Gue udah ditunggu sama teman," balas Helsa.
Dito menyerngit, "lo masih marah kejadian di perpustakaan waktu itu? Gue kan udah minta maaf, Sa."
Helsa diam, ia terus berjalan menuruni anak tangga.
"Oh, gue ingat sekarang. Lo takut sama pacar lo?"
Helsa berbalik memandang Dito, "Dit, jangan deketin gue."
"Takut pacar lo, kan?" tebak Dito sekali lagi.
"Maaf untuk malam ulang tahun gue. Maaf gue usir lo. Gue ngelakuin itu biar lo nggak punya masalah sama Akmal. Gue nggak mau ada apa-apa sama lo," ucap Helsa.
"Lebih baik gue yang dimarahin Akmal, dibanding lo yang harus dipukul sama dia," tambah Helsa.
"Jangankan cowok lain, temannya sendiri nggak boleh berlebihan deket sama gue." Helsa masih terus mengoceh. Ia mau Dito memahaminya.
"Gue bisa lihat, Sa. Lo cinta sama dia," kata Dito tiba-tiba saja.
"Tapi satu yang harus lo tahu, siapa yang mencintai terlalu dalam, maka dia yang akan terbuang," seru Dito.
Dito menghentikkan langkahnya bersamaan dengan Helsa, pemuda itu memegang kedua pundak Helsa, menatap dalam netra hitam pekat itu.
"Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik," ucap Dito.
Setelah mengatakan demikian, Dito berlalu meninggalkan Helsa di pinggir lapangan tengah. Gadis itu tidak berkutik setelah mendengar penuturan mantan pacarnya. Benar, sesuatu yang berlebihan memang bukan hal yang baik.
Seharusnya Helsa tidak terlalu menyimpan harapan pada Akmal.
***
Rania melempar bola basket tepat di kepala pemuda yang melintasi lapangan outdoor basket. Namun, tidak ia hiraukan. Pemuda itu tahu jika Rania pelakunya.
Rania geram. Akmal sama sekali tidak menghentikan langkahnya. Gadis itu lantas berlari menuju padanya, menghadang jalan Akmal.
"Akmal, kamu budek ya? Sampai aku disini juga kamu gak respon sama aku," ujar Rania dengan kekesalannya.
"Lo siapa harus gue respon, hah?"
"Minggir!" Akmal menabrak bahu Rania.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKMAL HELSA
Teen Fiction"Aku selalu pengen punya keluarga yang sempurna." Akmal dan Helsa sudah menjalin asmara selama tiga tahun. Memasuki tahun terakhir di sekolah, Akmal resmi dikeluarkan dari SMA Harapan. Di SMA Diaksa, Akmal melanjutkan satu tahun terakhir di masa put...