chapter 11*PART 2*

222 30 4
                                    

Tidak ada teriakan untuk
memanggil pengawal. Taeyeon
hanya diam di tempatnya, ia
menatap lurus-lurus kepada Kyungsoo yang masih menunggu reaksi dari wanita itu.

"Kenapa? Mengapa kau rela
melakukannya?" kata Taeyeon
pelan.

"Kau tidak terkejut?" Kyungsoo
malah balik bertanya.

Taeyeon memberikan senyum
kecil, "Tentu, aku sangat terkejut.
Tapi-ah, entahlah. Aku bahkan
tidak bisa memfokuskan diriku
saat ini. Aku-"

Bibir Taeyeon mulai mengeriting.
Sontak saja Kyungsoo mendekati
teralis penjara gadis itu dan
menatap penuh kasihan.

"Taeyeon-ah..." lirihnya. Ia
mencoba menggapai lengan
Taeyeon, tetapi pintu depan ruang
penjara terbuka, seorang pengawal
memberitahu Kyungsoo bahwa
jam jenguknya sudah berakhir.

Kyungsoo meringis, ia tidak bisa
meninggalkan Taeyeon. Tetapi
pengawal itu mulai menariknya
keluar dengan paksa.

Kyungsoo tidak bisa lagi protes.
Ketika ia keluar dari sana, matanya
membesar tiba-tiba ketika melihat
kerumunan massa di depannya.
Kerumunan itu terdiri dari
pengawal dan dayang-dayang yang
memakai hanbok hitam, tidak
ada yang memasang wajah sedih
maupun muram. Mereka justru
lebih... antusias? Astaga, di mana
perasaan keperimanusiaan mereka?

Kyungsoo berjalan dengan cepat.
Matanya mencari seseorang di tengah
kerumunan orang itu. Tidak ada! Jongin tidak duduk di singgasananya!Di sana hanya ada kedua orang tuanya. Raja Kim Gak tampak serius berbicara dengan salah seorang penasihat kerajaan, sedangkan Raju Jimin menatap kosong di depannya, terlihat sedang terbebani. Ternyata, masih ada satu orang yang peduli dengan keadaan ini.

"Tuan Puteri Minsoo?" Kyungsoo
menoleh ke belakang, bodyguard-nya
Joon yang memanggilnya. Lelaki
itu tampak gusar, mungkin ia
baru menyadari kalau salah satu
pemimpinnya akan dihukum.
Ah, ada satu orang lagi yang peduli
akan kejadian ini.

"Sebelah sini. Anda harus berkumpul
bersama peserta yang lain." Kyungsoo
menatap marah pada lelaki itu.

"Mengapa kau diam saja saat
pemimpin mu -bukan, temanmu Byun
Baekhyun dihukum?"

Joon menundukkan kepalanya
sebentar, "Maafkan saya, Tuan Puteri.
Saya tidak bisa melakukan apapun."

Rasanya Kyungsoo ingin menumpahkan segala sumpah serapah yang sudah ia tahan daritadi. "Aku berani sumpah ingin menghancurkan negara ini kalau mereka terus-menerus melakukan sistem ketidakadilan seperti ini."

Ketika ia berdiri di samping gadis-gadis Seleksi, beberapa dari mereka masih bisa terkikik senang seolah-olah ini bukanlah kejadiaan yang besar. Apa mereka saking senangnya kalau jumlah
saingan mereka berkurang?

Mata Kyungsoo tidak sengaja
bertemu dengan tatapan Ratu Jimin. Beliau hanya memberikan senyum kecil, jari-jarinya meremas hanbok hitamnya. Wanita itu pasti sedang dilanda keraguan.

Tiba-tiba gerbang Istana Gyeongbok
terbuka, sontak saja kerumunan lain
yang lebih banyak menyeruak masuk ke dalam istana. Kerumunan itu
berasal dari penduduk sekitar yang
diperbolehkan melihat hukuman ini.
Beberapa pengawal menggiring peserta untuk duduk di deretan kursi khusus untuk mereka.

Ini seharusnya bukan sebuah
pertujukan! Untuk apa sebuah
penyiksaan dipertunjukkan?!
Baiklah, tidak akan masalah kalau
kerumunan ini saja yang menonton
penyiksaan itu, tetapi lihatlah
kamera-kamera yang sudah siap
merekam kejadian penyiksaan itu.

Mereka akan menampilkan acara ini ke seantero negeri. Salah! Ini semua salah! Sampai saat itu juga, Kyungsoo belum melihat Jongin. Di mana lelaki itu berada di saat sahabatnya membutuhkan bantuannya? Apa ia melarikan diri? Apa Jongin begitu lebih peduli pada negerinya dibandingkan sahabatnya sendiri?

The Selection - Kaisoo Vers.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang