Kim Jongin menghela nafas. Ia mengedarkan pandangannya ke kanan-kiri. Lorong istana tampak lenggang. Biasanya para dayang berkeliaran kesana kemari. Mungkin semuanya sedang sibuk di aula utama.
Jongin melangkahkan kakinya tanpa arah tujuan. Tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti oleh suara orang yang memanggilnya.
"Hyung!" Suara itu begitu familiar di telinga Jongin. Ia lantas menoleh ke belakang dan tersenyum lebar ketika orang yang diperkirakan nya muncul dihadapannya.
"Sehun-ah!" Jongin mengangkat sebelah tangannya. Lelaki bernama Oh Sehun itupun berlari-lari kecil hingga suara sepatunya terdengar menggema di lorong istana.
"Sudah selesai dengan wawancara nya? Bagaimana?"
Jongin menganguk. Ia berjalan lebih pelan, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan orang di sebelahnya.
"Ya, sudah. Aku gugup, tidak tahu harus menjawab apa. Mana mereka menyatakan tipe wanita idaman ku seperti apa pula." Jongin mendesah. "Entahlah aku merasa lelah dengan persiapan tradisi ini. Tidak bisakah mereka memilihkan calon istriku tanpa melakukan tradisi ini?"
Sehun terkekeh geli. "Kalau begitu,kau mau saja dijodohkan? Bukankah dengan tradisi ini,kau murni memilih calon istrimu,tanpa ikut campur orang lain?"
"Kata siapa orang lain tidak ikut campur? Tetap saja bagian kerajaan turut memilihkan. Aku yakin,kau juga akan ikut memilihnya nanti."
Lagi, Sehun tertawa, renyah sekali. "Oh ya? Kalau begitu,aku bisa memilih calon kakak ipar ku nantinya ,eh?
Tangan Jongin gatal untuk tidak mengacak-acak rambut Sehun yang tertata rapi itu. "Aigoo, silahkan saja pilih yang mana kau suka. Tapi jangan sampai kau memilih mereka karena kau jatuh cinta padanya,aku ingin memilihkan wanita khusus untuk dirimu."
Sehun mengangguk-angguk dengan lucunya,persis seperti boneka anjing yang pernah dimiliki seorang dayang kecil di istana.
"Baiklah, terserah hyung saja. Ah, setelah ini kau ada jadwal apa lagi, yang mulia?"
"Berhenti memanggilku'Yang Mulia'ketika kita berdua saja Sehun-ah. Meskipun aku akan menyandang nama itu seumur hidup, tetap saja aku merasa canggung. Ah, setelah ini aku ada jadwal makan siang bersama perdana menteri dan orang tuaku."
Sekali lagi Jongin mengacak acak rambut Sehun hingga membuat lelaki itu protes. "Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil, Hyung!" Protes nya, ia berusaha menangkis tangan Jongin dari kepalanya. Tapi Jongin tetap bisa berkilah,ia tertawa geli melihat Sehun seperti itu.
Ia tahu Sehun semakin besar. Semakin umurnya bertambah, lelaki yang sudah ia anggap seperti adiknya itu,Sehun tumbuh menjadi lelaki dewasa,ia tidak bisa mencegahnya. Belum lagi, suatu saat Sehun akan jatuh cinta dan perlahan-lahan menjauh dari sisinya. Jongin belum siap melepas Sehun.
"Hun-ah,malam ini kau akan makan malam di istana lagi?" Tanyanya.
"Tergantung dari ayah. Tapi sepertinya malam ini kami kedatangan tamu, keluarga ibuku akan datang." Jawabnya.
Jongin menggumam. "Begitu? Sayang sekali. Aku ingin kita membakar daging bersama lagi tanpa ketahuan koki dan dayang utama setelah makan malam utama."
"Eh? Benarkah? Woah, akan ku usahakan keluar mengendap-endap nanti!" Lihatlah, sekalipun Oh Sehun terlihat dewasa dimata orang-orang,dimata seorang Kim Jongin, Sehun masih mempunyai jiwa anak-anak. Seolah-olah,ia ingin menjaga Sehun selamanya.
"Baiklah,kau beritahu saja aku nantinya. Ponsel ku akan selalu terjaga," kata Jongin lagi. Sehun mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar-binar, tampak bersemangat.
"Kau ada jadwal setelah ini?" Tanyanya pada Sehun.
"Ya,aku dan ibuku akan menghadiri pembukaan panti untuk penderita kanker khusus orang yang berkasta 5 kebawah,di daerah Daejeon."
"Oh, baiklah. Kau sekarang perginya?"
Sehun mengangguk. "Aku pergi dulu,ya, Hyung! Akan ku usahakan keluar malam ini! Fighting!"
Setelah kepergian Sehun, Jongin kembali melanjutkan langkahnya. Masih tidak tahu harus kemana. Istana Gyeongbok memang luas, tetapi ia tidak berniat sedang berkeliling.
Semakin ia melanjutkan langkahnya,semakin ia merasa kesepian. Ia terbiasa dengan suara Sehun yang ada disebelahnya ketika berjalan. Tetapi semenjak anak itu dewasa, waktu bersama mereka berkurang. Jongin merasa kesepian.
Mereka bilang, kehidupan di dalam kerajaan semuanya serba menyenangkan. Tapi,apa mereka pernah terpikirkan kalau tinggal di istana sama saja dengan dikurung didalam sangkar emas? Itulah yang Jongin rasakan selama hampir dua puluh empat tahun hidupnya.
Satu-satunya yang membuat betah tinggal di istana adalah kedua sahabatnya, Byun Baekhyun dan Oh Sehun. Tanpa mereka, mungkin Jongin sudah lebih memilih untuk bergerilya di Medan perang melawan negara sebelah. Itu lebih baik daripada harus berlindung di balik tembok besar di istananya ini.
Tanpa sadar Jongin sudah berjalan menuju Hwangwonjeong, sebuah kolam teratai yang terletak di belakang istana utama. Karena sudah berada di sana, Jongin pun memutuskan untuk menghabiskan waktunya ke perpustakaan sebelum dayang utama memangilnya untuk makan siang.
Tetapi, langkahnya terhenti ketika melihat Sehun yang sedang berdiri di dekat kursi panjang yang diletakkan di pinggir kolam. Sehun terlihat sedang berbicara dengan seseorang,namun dilihat dari ekspresi nya,ia seperti tersipu-sipu. Jongin sudah mengira dengan siapa Sehun berbicara.
Benar saja,ketika ia mendekati kursi panjang itu,ia melihat gadis cantik dengan hanbok yang dimodifikasi seperti gaun diatas lutut berwarna keunguan itu sedang berbincang dengan Sehun. Kang Seulgi, anak perempuan dari menteri pertahanan.
"Aku kira ia sudah pergi." Gumam Jongin pada diri sendiri.
Semakin ia melangkahkan kakinya untuk mendekat dari posisi mereka, semakin berat hatinya.
Sang pangeran pada akhirnya menghentikan langkahnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah pegunungan Amisan dibelakang gedung perpustakaan. Entah mengapa,ia tidak ingin melihat kedua insan itu saling bercengkrama dengan manisnya.Ketika mata Jongin tak sengaja terarah kepada mereka lagi, ia melihat kang Seulgi terkejut melihat dirinya dari kejauhan. Gadis itu berdiri dari tempatnya lalu melipat kedua tangannya tepat didepan perutnya dan membungkuk dalam padanya. Sehun sepertinya menyadari sikap Seulgi,ia juga melihat Jongin dari kejauhan sedetik kemudian ia ikut membungkuk. Keduanya bangkit dari posisi membungkuk secara bersamaan.
Jongin hanya menganggukkan kepalanya sekali sebagai sapaan. Ia tersenyum ketika keduanya tersenyum. Sayangnya, senyum yang diberikan Jongin pada mereka adalah senyum pahit.
"Mereka terlihat cocok satu sama lain..."
Setelah itu,mereka kembali ke dunia cengkrama. Sehun lebih memilih berbicara dengan Seulgi. Bukankah ia tadi berkata ingin pergi bersama ibunya?
Jongin terus berjalan menuju perpustakaan. Ia berjalan sambil menunduk, seolah tidak ingin melihat aura kemesraan diantara kedua insan manusia itu.
"Ah, lagi-lagi perasaan ini."ujar Jongin sambil menepuk pelan dadanya. Ia meringis, seolah merasakan sakit di dalam dadanya. Bukan sebuah sakit yang biasa, melainkan sakit ketika melihat seseorang yang ia sukai bersama orang lain.
Ya, dirinya telah jatuh cinta pada seorang Oh Sehun, sahabat sekaligus orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Dan betul, dirinya menyukai Oh Sehun yang mempunyai jenis kelamin yang sama dengannya.
Memalukan, seorang pangeran seharusnya jatuh cinta kepada seorang wanita, bukan pada seorang lelaki. Menyedihkan,ia justru jatuh cinta pada sesama jenisnya.
"Itu sebabnya aku tidak ingin mencari seorang perempuan. Perasaan ku lebih tertuju hanya pada seseorang, yaitu Oh Sehun. Sayangnya perasaan itu perasaan yang terlarang.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Selection - Kaisoo Vers.
Fanfiction........ Sebuah kompetisi dan seleksi dari kerajaan untuk mencari istri Sang Putra Mahkota, Pangeran Kim Jongin. 33 peserta perempuan, berjuang untuk mendapatkan hati sang pangeran. Salah satunya adalah d.o kyungsoo. Terlahir dari seorang kasta 6, k...