016 : Terima cintanya atau ?

247 30 5
                                    

"AKU GAK MAU MAH!" bentak Billar kepada sang ibunda.

"AKU GAK MAU TUNANGAN SAMA ZUHRAH! AKU GAK MAU!"

Ibuk Billar hanya menggelengkan kepalanya, "Terus sampai kapan kamu melajang Billar? Jangan bilang kalau kamu ini homo."

"Homo apanya mah?! Aku benar-benar gak mau nikah atau tunangan sama Zuhrah, dia bukan tipe aku."

Ibuk Billar hanya menghembuskan nafasnya berat lalu menggenggam tangan Billar, "Kali ini aja turuti apa mau mamah. Mamah cuma mau kamu dan Zuhrah tunangan."

Billar menghentakkan genggaman tangan mamahnya agar terlepas dari tangannya, "Mah pliz dong, aku gak mau jangan paksa."

"Apa kurangnya Zuhrah? Dia cantik, pintar, kaya dan menurut mamah dia idaman para lelaki."

Billar menatap wajah mamahnya lekat, "Aku gak butuh itu semua, aku sudah kaya mah. Dan Zuhrah itu gak punya hati yang tulus, dia itu tempramental, bisa-bisa kalau kita bersama yang ada perceraian yang terjadi."

"Kamu punya pandangan yang buruk Billar, mamah kecewa."

Billar mengacak-acak rambutnya frustasi, "Arrghh bodo amat! Terserah mamah!"

• • • •

Sore ini Billar sedang menunggu Lesti di gerbang sekolahnya. Dia harus mengatakan cintanya kepada Lesti sebelum terlambat. Dia tidak ingin cintanya harus berlabuh kepada orang yang tidak ia sukai.

Suara bel sekolah terdengar, dan beberapa siswa-siswi sekolah keluar berhamburan. Terlihat Lesti berjalan sendiri tanpa teman-temannya.

Lesti tersenyum ke arah Billar dan menghampirinya.

"Kenapa bapak ada di sini? Emangnya pelanggan nambah banyak pak?" tanya Lesti sesampainya di hadapan Billar.

Billar hanya menggelengkan kepalanya dan menarik tangan Lesti, mereka menuju warung yang dekat dengan sekolah Lesti.

"Lesti aku harus bicara sama kamu jujur."

Lesti mengangguk, "Iya ngomong aja pak, gak usah malu-malu."

Billar mulai menatap wajah Lesti lekat, memegang kedua tangan Lesti dengan erat.

"Aku gak tau harus bicara apa dan gak tau harus jujur atau enggak sekarang. Intinya aku menyukai dirimu."

"A-apa? S-suka? Ah gak mungkin lah pak, jangan bercanda."

Billar memegangi pipi kanan Lesti, dia tidak ingin mengerjapkan matanya sedetikpun, dia tidak ingin melewatkan suasana saat ini.

"Aku bener-bener suka sama kamu Lesti, dan aku gak mau bertunangan dengan pilihan mamah ku. Aku hanya ingin kamu."

"Aku pun sama pak, aku juga mau bertunangan dengan bapak, tapi apa bisa? Saya rasa itu tidak akan terjadi. Maaf pak … bahagialah dengan pilihan mamah bapak sendiri."

"Bapak bercandanya kelewatan, yaudah ah aku mau pulang. Selamat tinggal pak, semoga lancar ampe hari H nya." Ujar Lesti. Sebenarnya dia menahan genangan air mata yang berada di pelupuk matanya, dia hanya wanita miskin yang tidak akan pernah bisa menikahi pria kaya.

• • •

Dua Minggu kemudian, Billar tidak melihat Lesti bekerja maupun sekolah. Hari ini adalah hari pertunangannya dengan Zuhrah.

Hari ini adalah hari bahagia, tetapi sang mempelai pria tidak tampak bahagia. Rasanya kecewa saat kita tidak bisa hidup dengan orang yang kita sayangi.

Acara lamarannya akan segera di gelar. Billar sudah siap dengan penampilannya begitu juga dengan Zuhrah.

Sementara itu, Lesti sedang berada di acara pertunangan Billar saat ini. Dia sedang melihat Zuhrah yang tampak bahagia. Menyesal, itu yang Lesti rasakan, dia menyesal telah menolak perasaan Billar dan Lesti lebih menyesal terhadap perasaannya kepada Billar.

Seorang MC laki-laki sudah berdiri di hadapan mikrofon. Dan menyuruh orang-orang yang hadir untuk segera menduduki kursi yang sudah di sediakan.

Beginikah rasanya melihat orang yang kita sukai memakaikan cincin dan mencium kening orang lain di hadapan kita sendiri. Dan sekarang Billar bukan lagi harapan yang harus Lesti kejar dengan tingkah laku nya yang jail.

Sekarang mereka benar-benar hanya sebatas bos dan pegawai saja.

Two Love One Heart (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang