019 : Mulai mencintai

188 31 30
                                    

• • •


Aku berjalan beriringan dengan sosok pria tegas, rupawan dan pintar. Dia menggenggam tanganku sejak tadi. Tidak ingin melepaskan genggamannya walaupun aku merasa tidak nyaman. Pria itu Billar.

Sesekali ku pandangi wajahnya yang berseri. Masih tanda tanya mengenai dirinya akan menikahi ku atau tidak. Namun yang terpenting adalah aku bisa menyembuhkannya dan bisa membuatnya merasa nyaman.

"Ini aneh banget, pak."

Billar menatap wajahku,  "Aneh? Eumm aneh gimana ya?"

"B-bisa gak lepasin tangan bapak. Aku gak enak di liatin orang."

Tiba-tiba saja Billar menghentikan langkah kakinya, lalu memiringkan kepalanya dan menyipitkan matanya.  "Eumm lepasin gak, ya? Kayaknya gak usah deh." Ujarnya seraya semakin mempererat genggamannya.

Aku hanya tersenyum malu lalu memanyunkan bibirku beberapa centimeter.

"Terimakasih karena sudah mau di sisiku, Lesti. Entah bagaimana bisa kamu membuatku merasa nyaman hanya dengan tingkah lakumu yang ngeselin itu, dibandingkan dengan tingkah laku wanita lain yang menonjolkan kecantikan mereka."

"Ah jadi aku ini gak cantik gitu, pak? Jahat banget sih, kirain bapak suka karena aku cantik." Ujarku seraya mencubit pinggang Billar pelan. Berharap bisa mencairkan suasana.

"A-aww, tuh 'kan ini nih, sikap yang bikin aku suka. Lagian kecantikan kamu tidak bisa dilihat oleh orang lain selain saya. Karena apa? Karena kamu ini memiliki kecantikan yang hanya bisa dilihat saya saja. Jadi, tolong jangan memancarkan kecantikan kamu di depan laki-laki lain."

"Siap Pak bos,"

"Jadi saya minta kamu harus mau menjadi istri saya. Saya tidak mau kehilangan kamu." Ujarnya yang membuatku gugup.

"T-tapi gimana s-sama Mbak Zuhrah? Bapak 'kan sudah bertunangan. Saya gak bisa jadi i-istri Bapak "

Billar menghembuskan nafasnya panjang lalu menggenggam kedua tanganku.  "Tapi yang saya suka itu cuma kamu. Saya tanya, apa kamu bisa hidup dengan orang yang kamu tidak suka? Saya tidak bisa kalau jauh dari kamu. Dan tunangan saya ini palsu, saya sebenarnya tidak mau bertunang. Saya akan berusaha merubah keputusan Mama saya."

"Beri saya waktu untuk jawab."

Billar hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda respon terhadap perkataan ku. Kami kembali berjalan beriringan dengan santai. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa kami dengan pelan.

Sungguh rasanya sangat menyenangkan bisa berjalan berduaan saja. Ingin rasanya memeluknya walaupun hanya sebentar. Namun, dia masih memiliki status hubungan dengan Zuhrah, dan aku tidak sepantasnya ingin memeluk pria yang sudah dimiliki oleh orang lain.

• • •
.

POV author.

Di pekatnya malam, tanpa di sinari oleh sang rembulan. Billar dan Mama nya tengah duduk menunggu seseorang.

Menikmati malam yang gelap tanpa ditemani angin sepoi-sepoi biasanya. Sesekali ia menyeruput teh hangat yang sudah ia pesan setengah jam yang lalu.

"Jadi apa yang akan kamu katakan kepada Zuhrah, Billar?" tanya sang Mama kepadanya.

"Aku akan menghentikan perjodohan ini, Ma." Jawab Billar dengan tenang.

"Why? What's wrong with Zuhrah? Dia anak yang baik, attitude nya bagus, dan dia anak terpelajar. Jadi kenapa Billar?"

Billar menatap Mamanya, memegangi tangan Mamanya seraya mengusap-usap punggung tangan Mamanya dengan pelan, "Ma, aku ingin bahagia agar Mama pun ikut bahagia. Aku gak mau menikah dengan Zuhrah yang sikapnya sama seperti Ayah."

"Sama seperti ayah kamu? Bagaimana bisa?"

Billar menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya kasar,  "Zuhrah gak akan pernah bisa mencintai satu laki-laki, Ma. Dia sudah mengecewakan ku jauh sebelum bertunangan. Aku lihat dia berpegangan tangan dengan laki-laki lain, dan aku mendengar percakapan mereka, Zuhrah mengkhianati dibelakang ku, Ma."

Terlihat wajah Mamanya memerah, air matanya menggenang di pelupuk matanya. Lalu beliau memeluk Billar seraya berkata,  "Kenapa kamu gak bilang sih, Nak? Why? Mama gak akan biarkan sikap yang sama seperti ayah kamu itu kembali ke kamu."

"Makasih karena sudah mau dukung aku, Ma."

Seorang wanita yang memakai jilbab dengan dipadukan baju serta setelannya yang terlihat mahal menghampiri Billar dan juga Mamanya.

Zuhrah tersenyum lebar lalu menyalami Mama Billar.  "Selamat malam Tante, Billar. Maaf kalau aku telat."

"Silahkan duduk, Zuhrah." Ujar Mama Billar tanpa tersenyum seperti biasanya.

"Ada apa nih kita kumpul-kumpul? Mau bahas pernikahan kita ya Tante? Aduh aku gak sabar nih, Tan. Jadi, kita akan nik—"

Belum sempat Zuhrah mengucapkan semua perkataannya. Mama Billar lebih dulu menyelanya.

"Jangan banyak ngomong ya, Zuhrah. Dengarkan dulu perkataan Billar."

"E-emang ada apa sih sebenernya tante? Billar?" tanya Zuhrah. Kelihatan sekali wajahnya kebingungan dan penasaran.

Billar menatap Zuhrah lalu berkata,  "Maaf Zuhrah aku mau perjodohan kita di batalkan sampai sini saja."

"Di b-batalkan? Tapi kenapa?"

"Kamu tau kalau saya hanya menyukai Lesti. Maaf karena sudah membuat hatimu terluka."

Dengan cepat dia menggenggam tangan Billar memohon.  "T-tapi aku tunangan kamu Billar. Kamu gak bisa putusin hubungan aku seperti ini. Aku mohon pertimbangkan lagi perkataan kamu."

"Maaf. Seharusnya kamu tau kenapa saya meninggalkan kamu dan kembali ke Jakarta. Saya harap kamu mengerti." Ujar Billar seraya melepaskan genggaman tangan Zuhrah.

"Enggak Billar! Aku gak mau putus sama kamu! Gimana sama perasaan aku, Billar?!" tegasnya dan membuat Billar naik pitam

Billar berdiri menatap tajam wajah Zuhrah seraya berkacak pinggang.  "Lalu bagaimana dengan perasaan saya saat itu, Zuhrah? Saya sangat menyayangimu, mencintaimu dan juga mempercayaimu. Tapi apa, huh?! Kamu melukai hati saya dan membuat saya tidak bisa mencintai wanita lain!"

"Apa?"

Billar memutar bola matanya dengan malas, menghembuskan nafasnya kasar lalu meninggalkan Zuhrah dan Mamanya.

Zuhrah yang tidak terima diperlakukan seperti ini lantas menghampiri Mama Billar, berlutut di bawah dan memegangi kedua kaki Mama Billar.

"Tante aku mohon pujuk Billar. A-aku gak mau kehilangan dia, Tante."

"Saya gak bisa memaksakan hati Billar. Lagian saya tidak sudi menikahkan anak saya kepada wanita yang tidak bisa dipercaya seperti kamu. Kamu itu sudah merusak hati anak saya dan membuatnya sedih berkepanjangan." Tegas Mama Billar lalu melenggang pergi meninggalkan Zuhrah yang sedang menangis tersedu-sedu.

"AARGGHHHH!!!" teriak Zuhrah sekencang-kencangnya.

Two Love One Heart (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang