020 : Kita berjanji sehidup semati

190 37 32
                                    

• • •


02 Bulan kemudian...

Ku pandangi tubuhku yang terpantul di kaca yang hampir sebesar diriku. Hari ini adalah hari yang sangat bahagia buatku, Rara, jirayut dan putri. Ketiga temanku yang selalu ada disaat aku membutuhkan mereka.

Hari ini hari terakhir menjadi siswi di sekolah. Betapa bangga dan bahagianya. Terlebih lagi aku mendapatkan peringkat satu di kelas. Walaupun belum mendapatkan juara umum, tapi tidak apa-apa yang terpenting sudah berusaha.

Dua bulan lamanya aku bersama Billar. Penyakit dideritanya pun sudah berangsur-angsur pulih. Dan bahagianya ibuk Billar bersikap sangat baik kepadaku seperti ibuk kandung. Dan aku sangat berharap kalau Billar menikahi ku. Selama dua bulan Billar belum menyatakan rasanya kepadaku. Namun, tidak apa-apa, selama dua bulan itu pun aku bahagia karena bisa terus bersama Billar.

Keadaan cafe Billar baik, malah Billar membuat cabang baru di lima kota. Dan aku sangat penasaran dengan keadaan Zuhrah, semoga saja keadannya baik-baik saja dan berubah menjadi wanita yang tidak menyakiti perasaan laki-laki. Saat Billar memutuskan hubungan dengannya, aku tidak mendengar keadaannya sampai sekarang.

Ku lihat Putri, Rara dan jirayut tengah melambaikan tangannya ke arah ku. Lalu berlari menuju ke arah ku. Saat sudah dekat kambi berpelukan.

"Ya Allah aku gak nyangka banget bisa lulus." Ujar Rara berseri-seri.

"Karena niat, usaha dan doa gak akan mengkhianati hasil kita." Ujarku seraya memeluk mereka kembali.

Air mata Putri tiba-tiba mengucur deras ke pipi. Ia menangis tersedu-sedu,  "Ah aku seneng banget dapet beasiswa di Universitas bagus di sini."

"Kamu pantes mendapatkan nya, Put. Tapi kok guru gak kasih aku beasiswa ya?" tanya Jirayut.

"Kamu dapet beasiswa? Sekolah aja sering bolos, nilai raport kamu banyak C nya tuh." Timpal Rara seraya menepuk pundak Jirayut.

"Aduh s-sakit tau,"

"Kamu ambil beasiswa ke Thailand, deh?" tanya Putri.

Aku mengangguk,  "Iya, ini kesempatan bagus dan gak akan datang dua kali. Aku bakal ambil kesempatan ini."

"Terus gimana dengan bos kamu si Billar itu?" tanya Rara.

Aku tersenyum lebar kearahnya,  "Gak akan sampai 10 tahun berkelana di negri orang kok, Ra. Aku bakal pulang dan kerja di sini."

"Beneran ya? Gak usah lama-lama nanti aku rindu," Ujar Jirayut seraya memelukku dengan erat.

"Kita do'a-in kamu semoga selamat, berkah dan hidup aman di sana," Timpal Rara diangguki Putri, dan Jirayut juga.

Dan terlihat Billar tengah berjalan menuju ke arah ku dengan ibuknya. Ia memakai Jas rapih berwarna hitam dengan dasi yang melekat di lehernya. Ku lihat dia juga membawa buket bunga yang berukuran sedang.

Lantas aku menghampiri Billar dan ibuknya sebelum sampai ke arah ku. Aku menyalami Ibuk Billar.

"Selamat datang Tante. Makasih kalian udah mau dateng ke acara ku."

Ibuk Billar tersenyum hangat ke arah ku, lalu beliau mengusap puncak kepalaku dengan lembut.  "Semoga ini awal yang bahagia buat kamu, Lesti. Tante sangat berterimakasih sama kamu karena sudah membantu Billar."

"Iya tante sama-sama. Aku bantu pak Billar juga ikhlas kok."

Billar memegang salah satu tanganku, dia menatapku lekat-lekat lalu tersenyum lebar. Dan dia menyodorkan buket bunganya,  "Ini bunga untuk si kecil, imut yang pintar. Selamat ya karena kamu terpilih sebagai juara kelas dan mendapatkan beasiswa, saya bangga sekali."

Ku terima sodoran buketnya,  "Terimakasih pak bos. Aku suka bunganya, wangi juga. Tapi aku gak ngerepotin 'kan, pak?"

"Ya sebenarnya merepotkan saya. Pagi-pagi harus pesan buket dan mandi lalu mengantarkannya ke kamu, itu melelahkan."

"Jadi Bapak gak ikhlas?"

Pertanyaan yang ku lontarkan itu membuat Billar dan ibuknya tertawa. Dan Billar meminta ibuknya untuk pulang terlebih dahulu.

Aku dan Billar berjalan beriringan menuju taman belakang sekolah. Pasti ia tidak akan pernah melepaskan genggamannya saat berjalan denganku.

Kami duduk di kursi taman di bawah pohon yang rindang. Menatap langit yang biru dan beberapa burung putih yang berterbangan di atas sana.

"Kamu bahagia bisa kuliah di luar negeri?" tanya Billar dan ku angguki dengan senyuman ku.

"Kamu ambil jurusan apa?"

"Aku mau ambil jurusan management. Nanti aku bisa melamar bekerja sama bapak lagi."

Billar hanya tersenyum tipis, "Kamu gak akan lama meninggalkan saya 'kan, Les?" tanya Billar.

"Gak akan lama kok, Pak. Janji aku gak akan lama-lama di sana."

Billar menatapku dengan tatapan serius,  "Bagaimana kalau kita menikah?"

"A-apa pak? Menikah? T-tapi saya belum cukup umur pak. S-saya juga harus kuliah dan gak mungkin s-saya kuliah dan hamil pak."

"Kita bisa menikah dulu, lalu kamu menikah, bekerja, dan hamil. Saya tidak mau ditinggal pergi sama kamu tanpa status yang jelas. Lagian saya pernah menyatakannya dulu, dan kamu belum menjawabnya."

Aku menarik nafasku panjang lalu menghembuskan nya perlahan,  "Bapak tau kalau kuliah di luar negeri adalah impianku. Aku pusing, bagaimana kalau aku tiba-tiba hamil dan gak bisa kuliah. Dan sebenarnya pak a-aku juga mau menikah dengan bapak."

Terlihat wajah Billar berseri lalu dia berjongkok, menekuk salah satu lututnya lalu menyodorkan ku sebuah cincin.  "Saya tanya sekali lagi. Apakah kamu mau menikah dengan saya? Saya janji gak akan menyentuh kamu sebelum impian kamu terwujud."

"Aku mau pak." Jawabku dengan tegas.

Tiba-tiba saja Billar memelukku dengan erat. Dia sangat terlihat bahagia dan itu membuatku merasa senang.

Billar melepaskan pelukannya lalu menatapku,  "Ayok kita berjanji. Saya, Billar tidak akan mengecewakan Lesti dan akan berusaha membuat Lesti bahagia dan tentunya saya tidak akan pernah meninggalkannya selain Tuhan yang memisahkan kita."

"Aku Lesti, tidak akan membuat Billar bersedih, tidak akan mengkhianati nya, dan akan berusaha semampu ku untuk membuat hubungan kami bertahan lama hingga Tuhan yang memisahkan kita."

Impian keduaku terwujud. Impian yang selama ini kupendam. Senang rasanya bila bisa menikahi orang yang kita cinta dan orang itu mencintai kita. Semoga hubungan ini bisa bertahan dan bisa berbahagia selalu.

Two Love One Heart (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang