Jika beberapa minggu lalu Jena tak mengantar bunga ke apartemen milik Devan, mungkin Jena tak mengalami nasib malang seperti sekarang. Tidak mungkin terjadi sesuatu yang membuat Jena harus mengalami kejadian naas.
Flashback
"Jena, tolong antar bunga ini ke alamat yang sudah saya tulis disini,"
Ucap sang pemilik toko bunga dimana Jena bekerja."Baik Kak, saya antar sekarang" jawab Jena lalu dia segera pergi mengantar ke alamat yang sudah tertulis dilembar kecil kertas ditangannya.
"Apa ini alamat nya? Bener ngga ya?" Jena sudah berada didepan apartemen sesuai dengan alamat tujuan
Tokk!!
Tokk!!
Tokk!!
Tiga kali Jena mengetuk, tapi belum juga ada respon, "Apa alamatnya salah?"
"Permisi!!"
Tokkk!!
Tokkk!!
Tokkk!!
Cklek!
Pintu terbuka, menampakkan sosok Mahesa disana. Tapi penampilannya sangat berantakan.
"Kak Mahesa yang pesen bunga?"
"Ini Kak," Jena memberikan bunga itu pada Mahesa, namun malah tangannya yang ditarik untuk masuk kedalam apartemen
"K-kak kenapa narik tangan aku," ucap Jena sedikit takut
"Duduk dulu," ucapnya singkat lalu berjalan menuju dapur
"Pasti haus kan? Minum dulu," Mahesa Kembali dan memberikan segelas air putih pada Jena
"Ngga usah kak, aku buru-buru mau anter bunga lagi," Jena beranjak, tapi tangannya dicekal oleh Mahesa
"Minum dulu!" Nada bicara Mahesa sedikit tinggi, membuat Jena semakin takut
"I-iya kak," mau tak mau Jena meneguk segelas air yang Mahesa berikan
"Udah Kak, makasih ya"
Setelah itu Jena melangkah pergi, namun baru beberapa langkah kepalanya sangat pusing. Jena berhenti berjalan, dia mengedipkan mata beberapa kali, lalu benar-benar gelap, dan...
Mahesa smirk,
Dengan cepat, Mahesa menggendong tubuh Jena masuk ke dalam kamar. Mahesa melepas semua pakaian Jena barulah dia melepas pakaian miliknya.
Jena menangis, setelah sadar dan mendapati dia sudah tidur disebelah Mahesa tanpa sehelai pakaian pun. Dilihatnya Mahesa yang masih terlelap disebelahnya, yang juga tak memakai pakaian sama sekali.
Dengan gontai Jena memunguti pakaiannya dan pergi dari sana.
Dengan perasaan yang kalut, dia sangat merasa hancur dan tak berguna.
"Kenapa Kak Mahesa lakuin ini," dengan tangisan tak bersuara, Jena masih membayangkan apa yang terjadi semalam.
Setelah kejadian itu, Jena takut untuk sekedar menatap wajah Mahesa disekolah. Mahesa pun agak sedikit gugup jika berpapasan dengan Jena disekolah.
Flashback Off
"Siapa Jen? Siapa orang yang udah bikin lo kaya gini!?"
"Kak Mahesa," jawab Jena lemas sambil menunduk