Deepest Wound 🍂

5.7K 733 61
                                    

Entah berapa lama Jena melamun dikursi panjang depan toko Bunga tempatnya bekerja.
Jena memikirkan tentang apakah dia melakukan hal yang benar kemarin?

Lamunannya buyar ketika Kyle duduk disebelahnya, "Ngelamunin apa sih?"

"Eh Kak, maaf " ucapnya sedikit gugup.

Kyle menelusuri setiap sudut wajah Jena dengan intens, "Ada sesuatu, pasti"

"Ha? E-engga Kak"

"Lagi galau ya? Atau putus dari pacarnya?"

Jena tersenyum kecut mendengar ucapan Kyle barusan.

"Aku ngga papa kok Kak,"

"Oh iya, hari ini Tante Tania mau dateng"

"Iya, kah? Kalo gitu aku siapin makanan dulu ya Kak"

"Ngga usah, Tante Tania cuma mau mampir kesini sama anaknya, terus nanti Tante ngajak makan malam dirumahnya"

"Aku penasaran deh sama anaknya Tante Tania, hampir dua tahun aku kerja disini tapi belum pernah liat anak-anak Tante Tania" Jena tertawa kecil

"Nanti kenalan deh," balas Kyle

Kyle adalah pemilik toko bunga itu, yang juga keponakan dari Tante Tania. Tante Tania bisa dibilang langganan, karna tak jarang memborong Buket Bunga untuk rekan kerjanya dikantor.

Disisi lain, Mahesa buru-buru menuju kediamannya karna Mamanya menelfon saat Mahesa sedang kencan dengan pacarnya.

Mahesa sangat takut pada Mamanya, pasalnya Mamanya pernah bilang kalau Mahesa akan dikirim ke Jerman jika tidak menurut pada orang tuanya.

Mahesa sangat benci Jerman, tempat dimana dulu dia tinggal bersama Kakeknya yang seorang pengusaha kaya raya. Mahesa dipaksa untuk belajar bisnis, padahal dia tak tertarik sama sekali untuk terjun ke dunia bisnis.

Bukan karna apa-apa Mahesa tak ingin berbisnis, lantaran tuntutan dan perilaku sang Kakek yang membuat nya trauma.

Pasalnya, Mahesa sering dipukuli jika tidak menurut. Selama Lima tahun Mahesa mengalami kisah itu.

"Mama mau kemana? Biar Mahesa anter,"tanya Mahesa

"Ngga usah, Mama dianter sama Adek kamu. Kamu dirumah aja, nanti ada tamu mau kesini"

"Abang dirumah aja! Biar gue yang anter Mama," ucap Riki, Adik kandung Mahesa

"Iya," jawabnya singkat

Mahesa masuk kedalam kamar, menghempaskan diri dikasur, menatap langit-langit kamarnya

Memikirkan Jena, diotaknya hanya ada kata "Ijinin aku urus bayi ini"
Mahesa tak tau apakah dia bisa mempercayai ucapan Jena kemarin atau tidak.

Dia hanya takut semua orang tau kalau Jena sedang hamil anaknya.

Suara dering ponsel membuat Mahesa menoleh ke asal suara. Ponsel yang terletak disebelah membuat Mahesa harus menelan ludah, karna disana terpampang nama KAKEK dilayar.

"Halo kek?"

"Bilang sama Papamu, Kakek pulang Minggu depan,"

"Kenapa Kakek ngga telfon Papa aja,"

"Papa kamu sibuk! Kakek telfon ngga pernah diangkat"

"Yaudah nanti Mahesa sampein ke Papa"

Mahesa memejamkan matanya, dia tau apa yang akan terjadi kalau Kakeknya benar-benar datang minggu depan.

-

"Tante!!" Pekik Kyle menghampiri Tante Tania yang barusan turun dari mobilnya bersama Riki. Kyle langsung menerjang tubuh Tante Tania dan memeluknya erat

M A H E S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang