"Jen, lo dimana sih" Tara khawatir, kini sudah satu jam ketiga teman Mahesa keluar untuk mencari Jena, tapi ketiganya belum juga memberi kabar.
Cklek
Tara menoleh, "Jena"
Jena pulang, memapah Mahesa yang sepertinya mabuk berat.
"Ra, tolongin aku" ucapnya lemah
Tara membantu Jena memapah Mahesa untuk membawanya ke dalam kamar, kemudian membaringkan diatas ranjang.
"Lo dari mana aja sih Jen? Gue khawatir banget" tanya Tara dengan raut wajah yang khawatir
"Tadi aku ketemu Kak Mahesa dipinggir jalan. Dia ngga bawa mobil, terus mabuk"
"Tapi lo ngga apa-apa?" Jena menggeleng. Tapi Tara bisa lihat Jena pucat dan sesekali mengusap perutnya.
"Jena," suara pekikan Saka dari ambang pintu kamar
"Jangan teriak-teriak bangsat!" Omel Jay
"Lo dari mana? Mahesa kenapa?" Tanya Rey
"Dia mabuk" balas Tara
"Ra," keluh Jena. Hampir saja tubuhnya roboh, tapi untungnya Tara langsung memegangi tubuhnya.
"Perut aku keram, tolong"
"Ha? Sakit ngga? Gimana dong?" Tara semakin panik, matanya gusar menatap satu-satu orang yang berada di kamar.
"Ngga apa-apa, Ra. Cuma keram"
"Bawa! Bawa!" Jay ikut panik
"Bawa kemana njing, yang jelas ngomongnya" protes Saka
"Ke kamar,ya kali bawa pulang"
"Kak, tolong gantiin baju Kak Mahesa ya. Tolong urusin dia" ucap Jena pelan
"Iya, lo tenang ya Jen. Istirahat aja" sahut Rey
"Makasih, Kak"
"Ayo, Jen"
"Lo aja!"
"Ya lo aja lah! Gue malu"
"Lo yang udah pernah liat punya Mahesa"
"Ngadi-ngadi lo, Jay. Gue masih normal"
"Kalian berdua apa-apaan sih! Cuma gantiin baju doang elah" Rey yang sudah tak tahan dengan ocehan Saka dan Jay yang malah berdebat.
"Nah berarti lo aja Rey"
"Ho'oh, gue malu"
"Bacot lo pada!" Final Rey. Dia langsung membuka tas Mahesa untuk mencari pakaian bersih miliknya.
"Kalo lo bangun dan masih kasar sama Jena, lo bodoh, Sa" gumam Rey
"Ha? Lo ngomong apaan?" -Saka
"Lo berisik" balasnya dingin
"Sama Tara aja ngomongnya alus, sama kita kasar kaya tangan Jay"
"Sembarangan lo ya kalo ngebacot! Tangan gue alus, kaya pantat bayi. Emang punya lo"
"Sorry ya, tangan gue perawatannya mahal"
Rey yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya. Sangat bosan dengan kelakuan kedua temannya yang tak waras itu."Makasih, Ra" Jena menerima segelas teh hangat yang diberikan Tara
"Gue takut asli" Tara mendaratkan bokongnya diujung kasur
"Ngga apa-apa Ra. Aku baca di internet katanya wajar. Apalagi kalo kecapean"
"Tapi tetep aja khawatir, takut bayi lo kenapa-kenapa"