Hujan turun membasahi jalanan yang sepi, Jena berjalan menyusuri jalanan yang diterpa hujan sangat lebat. Tak peduli dengan apapun, dia menangis dibawah jatuhan hujan tersebut.Tanpa dia sadari mobil dari sisi kirinya melaju sangat kencang dan hampir menabrak tubuhnya.
Jena meringkuk ketakutan, untung saja mobil itu berhenti tepat didepan Jena.
Dia menatap mobil yang berhenti didepannya dengan mata yang mulai menutup. Bayangan seorang Wanita keluar darisana membawa payung menghampirinya. Pandangannya mulai kabur dan pendengarannya sangat jauh,bahkan suara hujan yang begitu lebatpun menjadi geming ditelinganya. dia tak bisa mendengar apapun sampai akhirnya matanya benar-benar tertutup.
-
Yang pertama kali dilihat Jena ketika membuka mata adalah langit-langit putih bersih serta bau aroma rumah sakit yang sangat menyengat
Dilihatnya Tante Tania duduk disofa dengan lapop didepannya.
"Tante" panggil Jena
Tante Tania menoleh, "Jena," lalu menghampiri Jena.
"Kata dokter, dia ngga papa" ucap Tante Tania ketika melihat Jena menyentuh perutnya
"Jena? Siapa?" Tanya Tante Tania pelan. Kata-kata yang keluar dari mulut Tante Tania berhasil membuat Jena tersadar apa yang Tante Tania maksud
Mata Jena berkaca-kaca, tak kuasa mengingat apa yang terjadi padanya selama ini.
"Maafin Jena Tante, Jena udah kotor. Jena udah ngga bisa dipercaya" Air matanya berderai,
"Kenapa bisa Jena lakuin itu? Hmm?"
"Jena jadi korban Tante, waktu Jena anter pesanan bunga, Jena dipaksa buat minum air yang udah dikasih obat tidur. Sampe akhirnya Jena ditiduri sama Laki-laki yang udah bikin Jena kaya gini," tutur Jena disertai isakan
"Sampe akhirnya Papa Jena tau kebenarannya dan ngusir Jena, bahkan Papa udah ngga mau anggep Jena anaknya, Papa nyuruh gugurin kandungan Jena,"
"Bahkan Ayah kandungnya sendiri nyuruh Jena bunuh anaknya sendiri,"
"Jena," gumam Tante Tania. Dipeluknya Jena kedalam dekapannya.
"Jangan takut ya, Tante disini buat lindungi Jena."
"Siapa yang udah bikin Jena kaya gini?"
"Dia. Dia Kakak kelas Jena Tan,"
"Tante bakal temui dia,"
"Jangan Tante. Jena ngga mau bikin dia tambah marah"
"Marah? Ini anak dia, harusnya dia tanggung jawab!"
"Biar Jena yang urus ya Tante," ucapnya memelas. "Dengan Tante ngga benci Jena, itu udah lebih dari cukup"
"Kamu yakin?" Jena mengangguk
"Yaudah kalo itu mau kamu, Tante bakal support kamu apapun yang terjadi"
"Makasih Tante,"
"Sama-sama,"
-
"Beneran Jen? Tante Tania bilang gitu?"
"Iya Ra, aku ngga tau harus bales pake apa sama Tante Tania. Dia baik banget bahkan sama aku yang bukan siapa-siapa"
"Lo beruntung banget Jen, dikelilingi orang baik disaat Orang tua lo ngga peduli sama lo"
"Dan aku juga seneng punya sahabat kaya kamu,"
"Emmmm Jena, sini peluk"
Kedua gadis itu terlihat bahagia satu sama lain,
Mahesa memasukkan bola kedalam ring, membuat gadis-gadis yang melihatnya latihan bersorak antusias.