Accountability 🍂

4.8K 713 66
                                    


"M-mama?"

"Mama?" Jena tentu saja terkejut. Melontarkan pandangannya pada Mahesa kemudian Tante Tania

"Mahesa, jangan bilang kamu?"

"J-jadi Kak Mahesa" seketika air mata Jena tumpah tanpa diperintah. Sakit sekali rasanya mengetahui kebenaran ini.

Plakk

"Apa yang udah kamu lakuin sama Jena, ha!? Kamu udah rusak masa depan Jena. Kamu tau Mahesa, Jena itu udah cukup menderita selama ini. Kamu bener-bener bikin Mama marah!"

"Ma, maafin Mahesa. Tapi Mahesa dijebak"

"Mama ngga mau dengerin alasan kamu! Mama sekolahin kamu supaya jadi anak yang baik, malah kelakuan kamu kaya gini ya! Pokoknya kita harus bicara dirumah, Kakek kamu hari ini dateng!"

Jena yang menyaksikan itupun tak kuasa menahan sesak di dadanya. Orang yang selama ini sangat baik padanya ternyata adalah Ibu dari Pria yang sudah menghancurkan masa depannya. Jena ingin membenci ini semua, tapi tak bisa.

Jantung Jena berdegup lebih kencang dari sebelumnya saat duduk dihadapan Keluarga Mahesa.

Ditambah lagi wajah marah Kakek Mahesa yang barusaja tiba dari Jerman. Menatap Mahesa seakan akan ingin membunuhnya.

"Kakek kecewa sama kamu! Apa yang kamu lakukan itu salah! Kamu ngga tau malu, Mahesa!" Bentak sang Kakek, membuat Jena harus mati-matian menahan ketakutannya

"Sekarang kamu harus tanggung jawab!"

"Papa ngga mau nama baik keluarga kita buruk" imbuh sang Papa

"Mama ngga habis pikir sama kamu Mahesa!"

Seakan dihantam batu besar, dada Jena terasa sesak. Bahkan ini bukan sepenuhnya salahnya tapi seakan-akan ini semua dialah penyebabnya. Jena merasa bersalah.

Mahesa, dia hanya tertunduk diam. Jena tau dia ingin membalas ucapan-ucapan yang dilontarkan keluarganya, tapi nyalinya sangat kecil. Mahesa tak bisa berkutik sekarang.

Dengan bibir yang bergetar, Jena akhirnya angkat bicara. "Jena ngga nuntut tanggung jawab ke Kak Mahesa. Jena cuma mau ngurus bayi ini sendiri"

"Nggak bisa! Mahesa harus tanggung jawab!" Sarkas sang Kakek

"Bayu, urus pernikahan mereka secepatnya. Papa ngga mau tau, kalian harus jaga Jena dan calon bayinya. Karna dia akan jadi penerus perusahaan saya" ucapan lantang sang Kakek mampu membuat semua mata membelalak.

"Tapi Mahesa masih mau sekolah Kek,"

"Kakek ngga nyuruh kamu berhenti sekolah!"

"Kakek cuma mau kamu tanggung jawab dan jaga Jena"

"Tapi," ucapan Jena terpotong oleh jawaban Kakek Mahesa

"Kamu ngga perlu khawatir Jena, saya akan mengatur semua. Cukup kamu lahirkan bayi kamu dan Kakek akan membawa kalian ke Jerman"

"Pa," kata Papa Mahesa

"Bayu, Tania. Tolong persiapan semua"

-

"Ra, aku ngga mau nikah" sejak pagi Jena menangis di kosan nya, kali ini dia ditemani Tara yang rela membolos demi mendengarkan keluh kesah sahabatnya itu.

"Tapi mau gimana lagi Jen, lo juga ngga akan mungkin bisa urus anak ini sendiri"

"Tapi aku masih pengen sekolah, Ra"

"Kan tadi lo bilang, kalo Kakeknya Kak Mahesa bakal urus semua"

"Tetep aja aku ngga mau Ra. Aku takut buat bilang ke Mama Papa soal ini"

M A H E S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang