Hari ini Jena tak ditemani Mahesa, karena ia menyuruhnya untuk pergi ke sekolah. Sudah tiga hari Mahesa bolos hanya untuk menemani Jena dirumah sakit.
Mau tak mau Jena harus melakukan apapun sendiri hari ini.Saat sedang makan siang, pintu kamar inapnya terbuka. Jena menoleh dan menatap siapa yang datang.
"Papa,"
"Jena, gimana kabarnya?"
Papa tirinya datang membawa sebuah kotak.
Kotak itu diletakkan diatas nakas lalu papanya duduk dikursi kosong sebelah brankar nya."Jena udah baikan. Papa kok tau aku disini"
"Mahesa yang ngasih tau. Dia telfon papa, sebenarnya papa mau kesini dari kemaren-kemaren, tapi papa masih ada urusan jadi baru bisa sekarang"
Jena mengangguk paham."Maafin Raina ya, papa ngerasa ngga enak sama Jena karna kelakuan anak papa yang jahat"
Jena menggeleng pelan, "Enggak, pa. Harusnya yang minta maaf aku, karna udah bikin hubungan kalian renggang"
"Kamu ngga salah, malah papa rasa kamu itu orang yang udah berhasil ngerubah kehidupan papa. Papa ngga kesepian lagi setelah kamu sama mama kamu datang"
"Dan papa bersyukur karena punya anak kaya kamu" papanya mengusap pelan rambut Jena.
Jena meneteskan air matanya, mengapa papa tirinya begitu sayang padanya, padahal Jena bukan siapa-siapa.
"Jena bersyukur, mama menikah sama orang baik kaya papa. Jadi Jena ngga khawatir lagi soal mama"
"Oh iya ini ada makanan buat kamu, mama kamu yang masak. Tadi papa dibawain makanan dari rumah, dan karena papa tau kamu pasti kangen masakan mama, jadi papa bawa kesini"
Mata Jena berbinar, ketika papanya membuka kotak makanan itu, lalu meletakkan mangkuk berisi bubur miliknya diatas nakas.
"Wahhh papa tau aja aku kangen masakan mama""Ya udah dimakan." Papanya menyodorkan kotak makanan itu pada Jena.
"Papa ngga makan? Ayo kita makan sama-sama"
"Enggak. Papa udah makan tadi dikantor ini buat kamu aja"
Dengan lahap, Jena menyantap makanan itu dengan senang hati. Masakan yang sudah lama tak dia rasakan sejak Jena tinggal sendiri
Jena senang karna papanya membawakan nya hari ini. Tanpa henti Jena mengunyah, hingga terukir senyum simpul papanya.
"Kapan pulang?"
Jena melirik sejenak papanya, lalu kembali fokus pada makanannya.
"Kata kak Mahesa hari ini aku boleh pulang""Jaga kesehatan ya. Jangan capek-capek, katanya ibu hamil ngga boleh sampe kecapean"
"Iya, pa"
"Mahesa!" Raina menahan lengan Mahesa.
Tangan Raina dihempas begitu saja oleh Mahesa."Apalagi!? Kita udah putus, Raina!"
"Enggak. Gue nggak bisa terima keputusan lo yang sepihak itu"
"Lo tau kan gue udah nikah!!"
"Gue ngga peduli!!" Raina bersikeras
"Gue sayang sama lo, Mahesa. Gue bakal terima apapun kehidupan lo yang sekarang, yang penting gue tetep sama lo"
Mahesa menggelengkan kepalanya tak percaya, "Gila," ucapnya lalu pergi.
"Mahesa!! Gue bakal kasih tau semua orang kalo Jena hamil! Dan juga, gue bakal kasih tau semua orang kalo Devan yang udah hamilin dia!"