worries 🍂

3.9K 612 40
                                    

Jena menatap jalanan sore yang ramai. Matanya sayu, tatapannya kosong.
Tangan Mahesa terulur untuk menggenggam tangan istrinya, sesekali mengusap punggung tangannya.

"Aku takut," ucap Jena pelan

"Aku bakal usahain apapun itu buat kamu sayang"

"Aku takut," ucapnya semakin bergetar

Mahesa menepi, menghentikan mobilnya dipinggir jalan.
Dia menatap Jena yang mengeluarkan air mata.
"Inget, kita masih punya tujuan. Kamu ngga boleh nyerah gitu aja, kita berjuang sama-sama ya?"

"Aku takut ngga bisa urus anak kita, aku takut banget ngga bisa liat dia belajar jalan, belajar ngomong dan ngga bisa ajarin banyak hal sama dia"

"Dan yang paling aku takutin, aku ngga bisa lahirin dia"

Mahesa yang mengerti keadaan pun langsung memeluk tubuh istrinya. Walaupun terhalang, tapi pelukan Mahesa mampu membuat Jena sedikit tenang.

"Kamu sayang kan sama aku, sama Raffael,"
Tangan Mahesa mengusap perut Jena,
"Dan dia"

Jena mengangguk pelan, lalu mengusap air matanya.
"Aku janji, aku ngga akan nyerah gitu aja"

"Demi kamu, Raffael dan bayi kita"

"Aku sayang kamu, Jena. Aku ngga mau kehilangan kamu" ucap Mahesa




Rutinitas pagi Jena adalah membuat susu. Usia kandungannya yang sudah memasuki usia ke delapan, ia makin sering merasakan keram.

"Pagi mama" sapa anaknya yang datang ke dapur bersama pengasuhnya

"Pagi sayang, kamu udah mandi?"

"Sudah, Raffael sudah wangi" bocah itu mendekati ibunya dan memeluk perut besar ibunya.

"Adek bayi lagi apa ya ma?" Tangan kecil Raffael sesekali mengusap perut Jena.

"Dia mau sarapan" jawab Jena

"Raffael juga mau, tapi disuapi mama"

"Iya sayang, nanti mama suapin. Tapi tunggu dulu ya, mama mau minum susu dulu"

"Raffael tunggu di meja makan ya ma"

"Iya sayang"

"Mbak, tolong temani Raffael sebentar ya"

"Baik nyonya"

Tangan Jena sibuk membawa sarapan untuk anaknya. Dia menyiapkan sendiri, karna tak mau merepotkan pembantunya.

Langkahnya berhenti ketika ia merasakan sesuatu keluar dari hidungnya.

"Pagi anak papa, udah wangi nih"
Mahesa sudah siap dengan pakaian kantornya dan akan sarapan.
Dia menghampiri anaknya yang tengah duduk manis dimeja makan, lalu menciumnya.

"Mama mana?"

"Tadi mama bikin susu buat adek bayi, terus katanya mau suapi Raffael"

"Tunggu sini ya, papa mau liat mama dulu" bocah itu mengangguk

"Sayang" panggil Mahesa, namun tak ada jawaban.

Mahesa menuju dapur, dan betapa terkejutnya ia melihat Jena yang sudah tergeletak dilantai.

"Sayang," Mahesa menepuk-nepuk pipi Jena

"Mbak!!"
Teriak Mahesa pada pengasuhnya

"Iya tuan"

"Titip Raffael ya, dan tolong suruh supir siapin mobil"

"Baik tuan"


"Gimana istri saya dok?"
Mahesa yang sejak tadi khawatir tentang keadaan Jena.

M A H E S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang