take care 🍂

4.4K 661 105
                                    

Mahesa membawa Jena ke mobil Jake yang tak jauh dari tempat olahraga. Dengan sigap Mahesa membopong Jena menyusuri lorong koridor. Semua mata tertuju pada mereka berdua. Mahesa tak peduli apa yang akan terjadi setelah ini, tapi yang penting sekarang dia harus menyelamatkan Jena.
Bukan tanpa alasan, tapi karna Kakek dan orang tuanya.

Tangan Jena meremas seragam Mahesa dengan kuat, hingga tangan Gadis itu memutih karna tekanan.
Wajahnya pun pucat pasih. Bibirnya yang semula berwarna pink, kini berwarna putih kebiruan.

Mahesa meletakkan tubuh Jena dikursi belakang, Mahesa buru-buru masuk ke kursi kemudi. Namun belum sampai dia menyalakan mesin, Saka datang.

"Gue aja, lo urus Jena dibelakang"
Mahesa berdecak, kenapa dia harus ada diposisi ini.

"Kak, sakittt" keluh Jena, Mahesa pun ikut meringis ketika kuku Jena menancap dipergelangan tangannya.

"Lo tenang, jangan banyak gerak. Gue takut darahnya makin keluar banyak" Jena mengangguk lemah.

Keringat bercucuran di dahinya. Mahesa mengambil sapu tangan yang ada disaku nya lalu mengelapkan pada dahi Jena.

"Yang lain kemana?" Tanya Mahesa pada Saka didepannya

"Mereka naik mobil Jay"

"Raina?"

"Lo masih sempet-sempetnya ya mikirin dia!"

"Kak," ucap Jena pelan
"Aku mau Mama"

"Mama diluar kota, ngga bisa pulang"

"Kak Kyle"

"Nanti gue hubungin. Lo jangan banyak gerak, darahnya makin banyak!" Ucap Mahesa sedikit membentak.
Saka yang melihatnya dari pantulan kaca spion hanya bisa menggelengkan kepalanya.

-

"Keluarga pasien?" Tanya dokter yang barusaja keluar dari ruangan

Mereka saling melontarkan tatapan satu sama lain.
"Emm kita.. temannya" jawab Tara

"Saya suaminya" sahut Mahesa.
Semuanya menoleh kearahnya.

Bahkan dokternya pun bingung. Melihat mereka masih mengenakan seragam sekolah tapi sudah menikah.

"Jadi gimana dok?" Tanya Tara

"Dia tidak apa-apa, untung saja bukan bagian perut yang terbentur, jadi bayinya tidak apa-apa. Hanya saja ibunya syok dan pendarahan. Lain kali jangan sampai ini terjadi lagi ya, sebab ini bisa menimbulkan keguguran"

"Keadaan Jena gimana dok?" Tara sedikit lega

"Dia ada didalam. Sepertinya dia masih syok, dari tadi menangis. Saya harap kalian semua menghiburnya ya"

"Kalau begitu saya permisi"

Tara langsung menerobos masuk. Tanpa basa-basi Tara memeluk Jena diatas brankar.

"Ra, hikkksss aku takut" Jena menangis

"Lo tenang Jen, dokter bilang bayi lo ngga apa-apa lo cuma syok."

Mahesa dan yang lainnya ikut masuk.

"Liat ada suami siaga disini" ucap Saka menepuk-nepuk pundak Mahesa dengan bangga

"Diem lo!!" Ketus Mahesa

"Makasih, kak" ucap Jena dengan suara serak

"Ngapain makasih, itu udah kewajiban dia" sahut Rey yang duduk di sofa

"Ho'oh, masa liat istri kesakitan suaminya diem aja" disusul Saka yang langsung merebahkan punggungnya disofa dengan paha Rey jadi bantalannya.

"Gue masih normal anjing!!" Rey menepis kepala Saka dan hampir terjatuh.
Rey sedikit malu karena ada Tara disana, dia tidak mau Tara berpikir kalau dia aneh.

M A H E S ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang