Emily menikmati setiap waktu yang dilewatkannya bersama dengan Hyeyoon, aura positif yang dibawa wanita itu mengalir dengan hangat ke dalam hatinya, setiap gadis mungil itu tersenyum ataupun mengajaknya bicara, Emily merasa hatinya dipenuhi dengan kehangatan yang selama ini diharapkan olehnya__kehangatan akan hadirnya seorang anak perempuan dalam keluarganya.
"Aku ingin sekali mencari pekerjaan dan membeli rumah di sini, Em."
Pandangan Hyeyoon tertuju ke arah Emily yang tengah termangu memandangi dirinya.
"Em..,"
"Ups sorry," Emily tersenyum saat mengalihkan matanya kembali fokus ke arah Hyeyoon.
"Sejak tadi kau hanya memperhatikanku, Em. Apa ada yang salah dengan wajahku? Atau lipstikku berantakan?"
"Tidak," Emily menggeleng.
"Lalu..?!" mata Hyeyoon menyelidik lebih intes ke arah Emily.
"Aku hanya kagum dengan segala antusiasmu, Hye."
Hyeyoon tersenyum, dia meraih pergelangan tangan Emily dan mengajaknya untuk duduk di salah satu bangku yang ada di showroom tersebut.
"Yang ku miliki di dunia ini selain tekadku adalah semangatku, Em. Aku berfikir tidak ada orang lain yang bisa diandalkan oleh ibuku selain diriku sendiri."
Emily melihat pandangan Hyeyoon sedikit menerawang, memang saat ini gadis itu tengah memegang tangannya, tapi entah mengapa dia merasa jika pikiran Hyeyoon tidak lagi ada di tempatnya.
"Ibumu pasti bangga mempunyai anak seperti dirimu, Hyeyoon-ah. Berapa saudara dalam keluargamu, Hye?"
Hyeyoon menggeleng, "Aku anak tunggal."
"Anak tunggal?!? Aku semakin kagum padamu, kau anak tunggal tapi kau tak semanja anak-anak tunggal lainnya."
Emily kambali meraih Hyeyoon ke dalam pelukannya.
Kau benar-benar gadis yang sangat cocok untuk Rowoon, Hyeyoon-ah, aku harap kau bisa meluluhkan hatinya yang sedikit kaku.
"Hidupku yang mengharuskan aku tak bersikap manja. Dan lagi apa yang harus aku manjakan dari ibuku yang hanya bekerja sebagai pramuwisma?" senyum Hyeyoon miris_ membayangkan kondisi sang ibu di Korea sana_ demi mendapatkan uang ibunya rela bekerja sebagai pramuwisma di rumah orang lain.
"Hei tidak ada yang salah dengan pekerjaan itu, selama pekerjaan itu halal dan tidak merugikan orang lain," tutur Emily memberikan pendapatnya.
"Memang tak ada yang salah, dan aku juga tidak merasa malu pada pekerjaan ibuku," senyum Hyeyoon melepas pelukan Emily. "Maka dari itu aku berjanji pada diriku sendiri setelah berhasil dengan semua urusanku aku dapat segera membawa ibuku kemari." lanjutnya dengan mantap.
"Aku berharap semua keinginanmu terwujud, Hye."
"Terima kasih, Em. Kau orang pertama yang mendengar keseluruhan ceritaku," senyum Hyeyoon lagi.
"Aku merasa tersanjung."
"Entahlah, aku merasa nyaman bicara denganmu, Em. Apakah kau sendiri punya anak?"
Hyeyoon menatap dalam ke arah Emily, berharap pertanyaan yang di ajukannya tidak menyingung perasaan wanita cantik yang ada di depannya itu.
"Eumm.. aku punya anak, sama sepertimu dia juga anak tunggal," angguk Emily tersenyum bangga ketika pikirannya mengacu pada anak semata wayangnya.
"Benarkah?!"
"Ya, hanya saja sayang dia terlalu kaku, hidupnya hanya diisi dengan bekerja dan bekerja, jujur saja untuk ukuran seorang pria anakku itu tampan, bahkan sangat tampan. Akan sangat melukai hatiku jika ada seorang wanita berkata jika dia tidak menyukai anakku__" potong Emily, pandangannya fokus ke arah Hyeyoon yang tengah mendengar ceritanya dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winning Your Heart
FanfictionMemenangkanmu sama sekali tak mudah, aku harus berjuang melelehkan hatimu yang beku, sebeku salju di musim dingin~~Kim Hyeyoon Hatiku tidak beku begitu saja, aku hanya terlalu malas terlibat dengan urusan yang bernama cinta~~Kim Rowoon Ketemu lagi d...