♡ 6 ♡

291 44 128
                                    

Jadilah laki-laki pertama yang mencintaiku, bukan hanya mencintaiku tapi membutuhkan ku dengan sangat~~ Kim Hyeyoon

Hyeyoon membanting pintu kamarnya dengan keras, dia tak perduli jika nantinya pintu itu rusak dan pihak hotel meminta ganti rugi atas perbuatannya itu, yang terpenting saat ini hatinya merasa puas karena dia bisa melampiaskan kekesalannya terhadap pemilik hotel yang dinilainya arogan tersebut.

"Arrrgggghhhh.. berani-beraninya pria itu bertindak sesuka hatinya sendiri, dia tak berhak mengatur hidupku dan dia juga tak berhak membelikanku tiket ke Korea."

Hyeyoon melempar tas selempangnya dan membuang tubuhnya ke atas ranjang, dadanya terasa bergemuruh karena marah ketika dia memikirkan kembali apa yang telah Rowoon lakukan tanpa persetujuan darinya.

Tak henti-hentinya Hyeyoon menggerutu, dan memajukan bibir mungilnya yang berwarna peach.

"Apapun yang terjadi aku tak akan pernah meninggalkan hotel ini sebelum apa yang menjadi tujuanku tercapai." ucap Hyeyoon mantap.

Drrtt.. drrttt.. ddrrrtt..

Hyeyoon menatap tas selempangnya yang tergeletak di ranjang, hal yang pertama dibelinya saat dia pergi bersama Emily adalah sebuah ponsel dan saat ini ponsel itu tengah berdering, dahi Hyeyoon mengernyit_ siapa yang menelponnya di saat tak ada satu pun orang yang punya nomer kontaknya, kecuali Emily?

Dengan sigap Hyeyoon meraih dan membuka tas kecil itu kemudian meraih benda pipih yang belum lama dibelinya.

"Hallo, dengan siapa?" tanya Hyeyoon.

"......"

Mendengar jawaban dari sebrang membuat senyum Hyeyoon merekah.

"Benarkah?!"

"......"

"Baiklah, saya akan turun." senyum Hyeyoon semakin merekah, dia menutup ponselnya sebelum bangkit dan meraih kembali tas selempangnya.

__________

"Aaaarrgghh.. gadis itu semakin membuatku gila, keras kepala sekali dia, aku hanya berfikir tentang kebaikannya dan what__??"

Rowoon berteriak dalam ruangannya sepeninggal Hyeyoon, berulang kali tangannya mengacak-acak rambutnya frustasi, mulutnya tersenyum sinis saat menatap robekan tiket yang teronggok di lantai.

"Beraninya dia menolak kebaikanku, apa sebenarnya yang ada dalam otak mungil itu?" desis Rowoon semakin gusar, kerjaannya hanya mondar mandir mengelilingi ruangan.

Tok.. tok..tok..

Rowoon menoleh ke arah pintu ruang kerjanya, dahinya berkerut_ siapa? Bukankah saat ini dia tidak sedang menunggu satu orangpun?

"Masuk!!" perintah Rowoon sembari duduk kembali ke mejanya.

"Sean." ujar Rowoon, "Aku pikir siapa? Ada keperluan apa sehingga kau meninggalkan ruanganmu, lagi?" lanjutnya lagi.

"Maaf bos, ku pikir anda perlu melihat ini," ujar Sean menjawab dengan santai.

Tangan putih pria itu terarah ke laptop yang ada di meja Rowoon dan mulai menyambungkannya dengan CCTV keamanan hotel.

Winning Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang