♡ 17 ♡

143 28 17
                                    

Happy reading😊🖐

"Tidurlah denganku!"

*
*
*

Dua kalimat yang terlontar dari bibir Hyeyoon Rowoon terkejut. Tangan pria itu langsung terlepas dari pipi Hyeyoon, dia menjauh. Nafas Rowoon sedikit memburu, sebelum akhirnya dia berbalik dan membentak Hyeyoon dengan keras.

"Kau gila, Hye!"

Hyeyoon menantang Rowoon lewat kedua mata cokelatnya. "Ya aku gila, aku gila karena merindukanmu."

Rowoon mengusak rambutnya kasar, entah apa yang harus Ia katakan. Saat tatapannya bertemu dengan Hyeyoon Ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Jantungnya pun tiba-tiba berulah kembali, bukan lagi ingin keluar dari sarang tapi berdegup dengan sangat cepat dan kencang sehingga menimbulkan rasa sakit.

"Sebenarnya apa yang kau pikirkan Kim Hyeyoon?" Tanya Rowoon kali ini dengan intonasi yang lebih lembut. Jarang-jarang dia memanggil Hyeyoon dengan lengkap.

"Aku hanya mengutarakan apa yang ku pikirkan."

"Tapi hal itu adalah pikiran tergila yang pernah ku dengar," Rowoon mendekati Hyeyoon kembali. Matanya melembut saat dia tepat berada di depan Hyeyoon. "Kembali ke rumahmu Hye dan jangan berpikir tentang kegilaan yang akan menghancurkanmu."

"Kau hanya takut akan jatuh cinta padaku kan?"

"Apa yang kau bicarakan. Aku hanya berpikir tentang kebaikanmu."

"Kebaikanku! Omong kosong. Selama ini kau hanya membohongi dirimu sendiri tuan Kim Rowoon."

"Aku mengajakmu berteman denganku bukan untuk berdebat. Aku memikirkan hubungan yang sehat tentang kita."

"Cih omong kosong. Hubungan sehat yang seperti apa, tuan Kim Rowoon."

"Hye, kau harus mengerti."

"Kau yang harus mengerti tuan Kim Rowoon," tuding Hyeyoon dia tak bisa lagi menyembunyikan rasa jengkelnya. "Kau terlalu munafik. Akui saja jika kau tertarik padaku. Akui jika kau memang sudah jatuh cinta padaku."

Rowoon menggeleng. "Tidak! Aku sama sekali ti__"

Cup.

Tiba-tiba saja Hyeyoon mencium bibir Rowoon dengan cepat membuat pria itu terdiam. "Kau__"

Kilatan di mata Rowoon berubah. Pria itu terkejut, kedua bola matanya hampir keluar. Ia tak percaya gadis itu berani mencuri ciumannya lagi secara tiba-tiba.

"Kau tidak perlu mendorongku untuk menjauh," bisik Hyeyoon semakin mendekatkan tubuh mungilnya ke arah Rowoon.

Tangan gadis itu menggapai tengkuk Rowoon dan memegangnya dengan erat sebelum akhirnya Hyeyoon mendaratkan bibir merahnya ke arah bibir Rowoon dan menciumnya sejauh yang Ia bisa.

Untuk sesaat Rowoon terlena, jujur Ia tak munafik lembutnya bibir basah Hyeyoon membuat gairahnya sedikit bangkit, apalagi ketika gadis itu dengan kemampuan mencium yang dinilainya sangat amatir itu ingin melumat bibirnya. Alih-alih mendorong tubuh Hyeyoon menjauh dia malah balas mencium Hyeyoon dengan penuh kelembutan. Dan malah saat ini dia yang lebih mendominasi ciuman itu. Rowoon mulai melumat dan menggigit kecil bibir bawah Hyeyoon. Bahkan lidahnya mulai menerobos masuk dan tak memberikan sedikit pun Hyeyoon akses untuk bernafas.

Winning Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang