♡ 23 ♡

170 26 17
                                    

Warning : Aku tak pernah bisa membuat kisah dengan kata2 yang indah dan sempurna😳
Aku bukan seorang penulis buku yang hebat, aku hanyalah seorang wanita biasa bergelar seorang ibu yang sedang menyalurkan hobbi soo don't blame me😁
Hal yang paling berharga untukku adalah kalian menikmati kisah ini meski dengan bahasa yang sederhana😍💗.

Banyak-banyak cinta untuk kalian semua💋💋💋

Happy reading👇😍

Baca ff ini dengan senyum di bibir😁






Rowoon ikut bangkit dia meraih Hyeyoon ke dalam pelukannya, mengusap punggung gadis itu dan melontarkan kata maaf. "Am sorry, Hye. Aku tak bermaksud begitu."

Gadis bertubuh mungil itu mengangguk. Dia tak bisa marah. Rasa cintanya terhadap Rowoon begitu besar sehingga mengalahkan amarah dalam dirinya. Sungguh hati Hyeyoon terlalu lembut untuk ke bekuan hati pria itu.

"Aku tau posisiku, Woon. Kau tak perlu mengatakan dengan jelas seperti tadi. Karena aku tak akan pernah memaksamu."

"Kau marah?"

"Aniyo," logat Hyeyoon berubah menjadi bahasa ibu.

"Pasti kau marah!"

"Ani!"

"Hye.."

"Sungguh aku tak marah. Saat ini aku tak pernah bisa marah padamu, Woon."

Rowoon terkekeh mendengar jawaban Hyeyoon, hidungnya kembang kempis. Salahkah dia jika jadi besar kepala?

Rowoon mengecup kening Hyeyoon lembut. "Sudah larut. Aku akan mengantarmu pulang."

Hyeyoon melihat ke arah jam dinding. Benar apa kata Rowoon, hari sudah larut. Jam menunjukan pukul 12.00 malam pantas saja dia merasa kantuk yang amat sangat. "Kau mau mengantarku?"

"Mmm.. tak boleh?"

"Baiklah!" angguk Hyeyoon. Dia menjauh dari Rowoon dan mengambil tas selempangnya.

"Sketsanya tak kau bawa?"

Hyeyoon menoleh ke arah meja tempat sketsa yang baru saja dibuatnya, kemudian menggeleng. "Tak perlu, Woon!" Dia menautkan jemarinya dengan jemari Rowoon dan mengajak pria itu meninggalkan ruangannya.

"Kau tak keberatan kan?"

"Heum.. apa?"

"Ini!" Hyeyoon mengacungkan kedua tangan mereka yang bertaut erat.

"Tidak. Kau bebas melakukan apapun," ucap Rowoon lembut.

"Asal jangan meminta kau menikahiku?"

Langkah Rowoon terhenti. Dari sorot matanya nampak sebuah penyesalan. "Kau balik lagi ke topik awal, Hye."

Gadis cantik itu tertawa meski suara sumbang yang keluar. "Benarkah?"

Winning Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang