27| confess

122 15 0
                                    

Happy Reading Y'all

Sejak Zefa memeluk Aisyah, tidak ada kata yang terlontar dari mulutnya selain mengatakan sakit.

Aisyah yang semakin kebingungan akhirnya menanyakan keadaan putri bungsunya.

"Kakak sakit apa?" tanya Aisyah melepaskan pelukannya.

Zefa menghindari tatapan ibunya karena takut kehilangan kendali dan menangis saat itu juga.

"Tangan aku mi, kenapa bisa berdarah kayak tadi" rengeknya.

Aisyah yakin ini bukan hanya masalah tangannya yang teriris pisau di dapur tadi.

"Saat kamu memilih untuk menyukai seseorang maka kamu harus siap menerima rasanya sakit hati" entah kenapa Aisyah ingin menyampaikan kalimat itu.

Zefa mulai tertarik dengan percakapan uminya barusan, mungkin saja ia akan merasa lebih tenang setelah mendengarkan kebenaran dari ibundanya.

"Itu artinya cinta itu menyakitkan ya mi?"

"Cinta tidak pernah menyakitkan hanya saja insan yang memiliki perasaan itu kadang mempersulit dirinya sendiri" Aisyah membelai tangan putri bungsunya.

"Kalau ada dua insan yang tiba-tiba bertemu, apa mungkin bisa timbul perasaan suka?" Zefa menanyakan ini karena inilah kondisi yang sedang ia hadapi.

Awalnya Hamza membuka jalan untuk Zefa memasuki ruang hatinya, namun Zefa sendiri yang menolak dengan sikapnya.

Namun setelah ia pergi, Zefa merasakan yang namanya kehilangan, merindukan, dan semuanya seperti sudah terlambat sekarang.

Hamza sudah bersama wanita lain, rasanya ia seperti memergoki pasangannya selingkuh padahal jelas - jelas tidak ada hubungan apapun antara keduanya.

Terkadang ia rasa Hamza dekat dengannya tapi kenyataannya Hamza tidak merasakan perasaan yang sama.

"Tidak ada yang tidak mungkin, pertemuan seluruh insan dimuka bumi ini sudah tertulis jelas, meskipun kalian baru bertemu satu detik jika Allah menghendaki maka akan timbul perasaan suka, hanya saja perasaan suka itu kadang datang sebelum waktu yang tepat" Aisyah mengelus kepala putrinya yang tengah berbaring di sofa.

Zefa sedang manja kali ini, entah mengapa Aisyah begitu paham hal apa yang seharusnya ia bahas.

Beruntung sekali Zefa lahir dari keluarga yang sangat harmonis dan tidak pernah menuntutnya ini dan itu.

Berbanding terbalik dengan Hamza yang selalu dituntut untuk mendengarkan semua ucapan orang tuanya, tidak hanya harus didengarkan namun harus juga dilakukan.

Jika dipikirkan mereka berdua adalah orang asing yang saling mengetahui  cerita didalam kehidupannya masing-masing.

Haruskah Zefa menyampaikan perasaannya pada Hamza disaat seperti ini? ataukah lebih baik ia diam dan kembali menjadi dua orang yang tidak pernah saling mengenal?

Zefa cukup lama dikamarnya menatap benda pipih yang mengusik nya dari tadi.

Setelah Zefa berbincang dengan Aisyah tadi, ia memutuskan kembali kekamarnya karena tidak mau ada pertanyaan tentang Hamza yang terlontar dari mulut Aisyah.

Tidak mungkin Zefa mengatakan kepada ibunya kalau dia menyukai pria itu yang ada ia akan di omelinya sepanjang waktu.

From:mas-mas virtual
Maaf soal tadi, gue harus pergi besok

Bukan itu pernyataan yang ia inginkan dari Hamza, bukan ucapan maaf, bukan pula ucapan pamit, melainkan ia ingin Hamza menemui nya agar Zefa bisa mengatakan perasaannya.

Virtual Love Life [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang