007

774 180 12
                                    

Brughh

"Aduh, maaf." Rosé ikut memunguti barang barang yang jatuh akibat ia tak sengaja menabrak laki laki di sampingnya.

"Maafin gue ya," ucap Rosé lagi untuk yang kedua kalinya saat mereka sudah selesai memunguti barang barang yang jatuh.

"Iya, gapapa"

Rosé terkejut, tapi tidak orang yang di depannya. Laki laki itu sudah menduga kalau orang yang menabraknya itu Rosé.

"Kamu . . . Jeno kan?"

"Kok tau nama gua?" tanya Jeno bingung.

"Siapa sih yang ga kenal kamu di sekolahan," kekeh Rosé. Jeno menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung.

"Kamu belanja apa? Mau kakak bantuin ga?" tanya Rosé.

"Oh? Ga usah sih, Kak. Cuma mau belanja bahan bahan masak aja kok"

"Udah ayo Kakak bantuin. Itung itung permintaan maaf Kakak buat yang kemarin"

Jeno terdiam, "Soal Bang Eunwoo? Gua kaga papa sih"

"Ish, bilang aja kamu kenapa kenapa. Biar Kakak bisa bantu kamu"

Jeno tersentak lalu tergelak detik itu juga. Kenapa dia tak sepeka itu sih? Kakak kelas tercintanya ini cuma pengen menghabiskan waktu bareng dirinya. Kenapa malah kaga ditanggapin? Dasar

Jeno tersenyum, "Oke"











**











"Apenih?"

Rosé menatap penuh tanda tanya kain kasa dan betadine yang terulur di depannya.

"Tangan kiri Kakak mana?"

"Eh? Buat apa?"

"Udah, Kak. Mana?"

Dengan ragu Rosé mengulurkan tangan kirinya. Jeno memegang pelan tangan kiri Rosé.

Jeno menyingkap lengan sweater milik Rosé. Menatap luka yang membiru akibat cengkraman itu.

Dengan perlahan, Jeno meneteskan betadine di luka yang sudah mengering itu. Setelah itu, ia melilitkan kasa di pergelangan tangan kiri Rosé.

"Kamu . . . kok bisa tau?" Rosé bertanya sesaat setelah Jeno mengobatinya. Rosé memandang lekat perban di tangannya.

"Tadi ga sengaja liat. Kakak abis dicengkeram siapa?"

"Eh? Ngga kok. Ga sengaja kegores aja"

Jeno mengangguk, ia sebenarnya tau kalau Rosé berbohong. Mana ada bekas kegores seperti itu? Pasti akibat cengkraman kuat Eunwoo kemarin saat mengajak Rosé pergi.

Tapi Jeno tidak akan bertanya lebih lanjut bila Rosé saja tak ingin bercerita di awal.

"Kakak naik apa?"

"Jalan kaki"

"Mau bareng ga?"

Rosé menatap Jeno yang sudah lengkap dengan sepedanya.

"Terus Kakak naik dimana?" tanya Rosé saat tak melihat adanya tempat boncengan di sepeda Jeno.

"Depan"

"Eh?"

"Mau ga?"

Rosé mengangguk. Ya, gapapa lah. Sekali kali coba sensasi baru ahayy.

"Sakit ga? Itu . . ." Jeno menggaruk tengkuknya karena bingung mau bagaimana bilangnya.

Rosé tergelak, "Ngga kok. Yok jalan, Kapten," pinta Rosé yang membuat Jeno tergelak, "Aye aye, Nona," jawab Jeno.

Jeno mengayuh sepedanya dengan Rosé yang terus mengwoah di depannya.

Ingatkan Jeno untuk menatap jalanan juga agar tak tertabrak. Karena dia sekarang hanya menatap wajah cantik gadis di depannya yang tak henti hentinya tertawa.

Jantung jangan maraton plis

















Monday, 14 June 2021

_________________________

"Mau bareng ga?"

[✓] Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang