019

667 146 30
                                    

“Direktur, anda mau kemana? Anda harus menghadiri meeting dengan klien 5 menit lagi.

Laki laki bersurai coklat gelap itu memutar bola matanya malas. Ia jadi agak menyesal mengapa ia menekuni pekerjaan yang tak membiarkannya istirahat ini. Tapi mengingat kalau ada seorang gadis di benaknya membuat laki laki itu kembali menelan penyesalannya.

“Tuan”

Laki laki itu berdecak, “Ape tuan tuan? Kaga kaga! Gua kan udah bilang kalo gua mau libur hari ini!”

“Tapi Tuan, anda bilangnya mau libur tanggal 11, lagi---”

“Bin, gua capek anjir. Lo aj deh yg jadi direktur coba”

“Hah?”

“Pokoknya gua mau libur lah. Seminggu aja biarin gua libur gitu”

“Tapi Tuan Besar hanya memberi anda waktu libur 3 hari”

“Yaelah bokap gua gini amat. Lagian kan ada Eric juga Ya Allah”

“Direktur”

“Ya udah, biarin gua nelpon dulu lah. Abis ini gua berangkat”

“Baik”

Laki laki bersurai coklat itu menghela nafas lalu mengeluarkan hp dari saku celananya. Ia menunggu seseorang di seberang sana untuk mengangkat teleponnya.

“Halo”

Laki laki itu mengernyitkan dahinya karena suara yang muncul bukan suara yang dia harapkan, “Siapa ya? Renjun mana?”

“Ah mer--”

“Siapa?”

“Jaemin, ini gua”

“Jeno? Kenapa?”

“Kita tunda malam aja gimana?”

“Bagus deh. Kebetulan gua juga mau bilang gitu. Soalnya ini ada operasi mendadak. Karena cuma gua sama Renjun yang ada, jadi mau gamau kita yang nanganin”

“Ya udah kalo gitu. Haechan gimana?”

“Njir bocah dekil itumah paling lagi keliling cari referensi. Gua udah kasih tau tadi pas gua ga sengaja ketemu di minimarket depan”

“Oh? Udah semua? Ya udah, sampai jumpa nanti malam”

“Begayaan kek anak perawan lo”

“Sialan, licin amat mulut lo”

“Ampun Pak Direktur hahahha”

“Liat aja pas ntar ketemu. Gua sem--”

Tut . . . Tut . . . Tut . . .

“Jaemin anjing,” umpat laki laki itu.

Laki laki yang tak lain Jeno itu memasukkan hp nya lagi ke saku celananya. Ia menoleh dan mendapati sang sekretaris kini menatapnya seolah berkata, ini sudah waktunya pak direktur.

Dengan langkah berat, akhirnya Jeno memutuskan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai CEO perusahaan milik ayahnya.















**















“Hai para budak budakku”

Ketiga laki laki yang sudah duduk rapi dengan makanan di depannya itu memutar bola matanya jengah.

“Plis deh, Chan. Sekali aja kaga ngrusuh bisa kaga? Gua udah pusing gegara kerjaan ini,” ucap Jeno.

[✓] Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang