027

794 135 41
                                    

“Jaemin?”

“Itu Jaemin kan, Njun?”

Renjun menoleh ke arah dimana tatapan Rosé terjatuh. Tak lama kemudian, laki laki itu mengangguk, “Iya, kenapa?”

“Sama siapa?”

“Kenapa? Cemburu?”

“. . . Dikit”

Renjun tergelak, “Calon suami lo aja pada sabar, masa lo gampang banget cemburu dih.”

“Bukan gitu. Rasanya ngga enak aja”

“Namanya Minju. Dia se jurusan bareng gua sama Jaemin waktu kuliah. Dia emang naksir Jaemin sih. Ya tu anak kerjaannya nebar senyum mulu sih, jadi ga kaget”

Rosé mengangguk lalu mengikuti Renjun untuk berjalan lagi. “Jangan ninggalin aku!”

“Ya udah sini.” Renjun menautkan jari jemari mereka lalu berjalan menyusuri mall kembali.

Deg degan tentu saja. Padahal gandengan tangan bukan pertama kalinya buat Rosé. Tapi entah kenapa, rasanya berbeda.

“Aku jadi merasa terbebani”

“Terbebani kenapa?”

“Calon suamiku populer semua. Nanti kalo aku diculik terus dipenggal sama fans fansnya kan ngga lucu”

“Hah? Apa? Pffttt.” Lagi lagi Renjun tergelak. Tak mempedulikan orang orang yang menatapnya, entah kagum atau kesal.

“Kok ketawa? Aduh.” Rosé meringis kala Renjun menyentil dahinya.

“Lo ga sadar apa bagaimana? Lo juga populer, Maimunah! Bucin lo itu ada dimana-mana. Kami mah kalah”

“Ga ada tuh”

“Mau gua sebutin siapa aja yang ngajak lo kencan waktu di Australia?”

“Kalian mata matain aku?”

“Ga usah pura-pura gatau”

Rosé yang melotot, kini tersenyum hingga menunjukkan deretan giginya. “Iya sih,” ucapnya.

“Jadi ngga usah ngrasa insecure, kebebani atau apapun itu lah. Lo itu lo. Kalau kami milih lo sebagai cewe yg bakalan kami jadiin istri, itu berarti lo punya tempat yang paling spesial di hati kami. Jangan hirauin yang lain, cuma liat kami aja haha”

Rosé mencebik saat Renjun tertawa. Padahal dia udah terharu tadi. Tapi bisa bisanya ck

“Daripada itu”

“APA?!”

“Bused ngegas"

“Cuih”

Renjun terkekeh geli, “Daripada itu, mending lo siapin diri lo,” ucapnya yang membuat kening Rosé mengernyit. “Kenapa emangnya?” tanya Rosé.

Renjun menyunggingkan senyum miring sembari memajukan tubuhnya mendekat ke arah Rosé.

“Ren--”

“Gua harap lo kuat saat waktunya malam pertama ntar. Empat loh, Sé. Empat”

Rosé membeku. Dengan seketika wajahnya langsung memerah sempurna karena bisikan Renjun yang tepat di telinganya. Berbeda lagi dengan Renjun yang sudah tertawa terbahak-bahak disana. Untung saja orang orang pada tak mau menghiraukan mereka. Entah karena terbiasa atau . . .

“Kalau gitu ayo pulang”

“Sayang”

Lagi dan lagi wajah Rosé dibuat memerah oleh Renjun. Anak itu, sungguh! Bisa bisanya Rosé dipermainkan seperti ini. Fiks, sistem informasi bahaya Rosé kini mendeteksi bahwa Renjun adalah oknum paling meresahkan diantara mereka berempat.






[✓] Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang