"Sayang, tahan yah"
Haechan merutuk. Bukan hanya dia, Jeno, Renjun, dan Jaemin pun sama. Melihat perempuan yang ia sayangi tengah menahan sakit luar biasa membuat mereka tak tega. Bahkan air mata mereka hampir turun saat ini.
"Tarik nafas"
Rosé menarik nafasnya, jujur saja sedari tadi rasa sakit terus menerus menjalar di tubuh bagian bawahnya. Rasanya benar benar- Rosé tak sanggup untuk menjelaskannya lagi.
"Nah sekarang buang"
Rosé mengikuti ucapan dokter wanita tersebut. Terus menerus berulang. Matanya sudah berembun sejak tadi. Ingin sekali ia menyerah, tapi saat melihat wajah suami suaminya yang menatap Rosé, entah kenapa ia tak ingin menyerah. Ia ingin melahirkan buah dari kisah cinta mereka.
Sudah banyak yang mereka berikan untuk Rosé. Kali ini, biarkan Rosé yang memberikan hadiah yang takkan ternilai harganya pada mereka.
Renjun terus menerus membisiki Rosé dengan kalimat demi kalimat syahadat. Melihat Rosé kesakitan seperti itu jujur membuatnya tak tega. Renjun hanya bisa berharap bahwa Rosé akan baik baik saja. Begitu pula anak anaknya.
Oweeeeee
Tangisan pertama yang menggema di ruangan bernuansa putih itu membuat mereka semua sedikit bernafas lega.
"Bangun, Nyonya! Ini bukan waktunya untuk kehilangan kesadaran. Mari keluarkan ketiga adiknya"
Rosé mengangguk pelan. Mendengar suara tangisan anaknya yang pertama memberi semangat tersendiri untuknya.
"Semangat, Sayang. Aku yakin kamu pasti bisa," bisik Jaemin.
Selang 3 menit kemudian, suara tangisan bayi kedua terdengar lagi. Bukannya melemah, Rosé kini ingin sekali mengeluarkan yang ketiga dan yang keempat. Ia pasti bisa. Tinggal dua lagi.
Oweeeee oweeeeeeee
Akhirnya, yang ketiga pun keluar dengan selamat. Tapi tidak dengan Rosé, ia tengah berada diambang batasnya sendiri. Tenaganya benar-benar terkuras sekarang. Ugh, ia sudah tak bisa bertahan lagi. Maaf
"Nyonya, pertahankan kesadaran anda! Buka mata anda, Nyonya!"
"Rosé!"
"Sayang!"
Panggilan demi panggilan terdengar di ruangan itu. Tapi tidak di telinga Rosé, ia lelah sekali. Ingin sekali ia tertidur saja, beristirahat sejenak atau mungkin menyerah saja. Ia sudah tak sanggup, sungguh.
Apalagi rasa sakit dari arah bagian bawahnya. Sakit, benar-benar sakit. Harusnya tadi ia menerima saja saat seorang perawat menawarkan untuk dioperasi. Tapi kenapa ia keras kepala sekali. Rosé pikir dia bisa bertahan, tapi sekarang hah-
"Sayang"
"Aku tau kamu wanita hebat. Kamu sudah bertahan sampai anak kita yang ketiga keluar, Sayang. Jangan cepat menyerah! Rosé yang kukenal tak seperti ini. Istighfar, dan berserah diri kepada Allah. Aku yakin kamu bisa," bisik Renjun tepat ditelinga Rosé.
Rosé segera tersadar dan beristighfar seperti yang dikatakan Renjun. Ia tak boleh menyerah di tengah tengah seperti ini. Sedikit, sedikit lagi. Ia tak mau ketiga anaknya kehilangan adik mereka. Begitupun para suaminya dan dirinya.
Renjun tersenyum teduh, tangannya menyisir rambut Rosé yang sudah berganti warna menjadi pirang.
Oweeeeeeee
"Selamat, Nyonya. Keempat anak-anak anda terlahir dengan selamat"
Rosé tersenyum lega. Begitupun keempat laki laki itu. Bahkan kebahagiaan mereka tak terlukis oleh apapun.
"Rosé, kamu li-- ROSÉ!"
"Rosé bangun, Sayang"
"Rosé"
Samar samar Rosé mendengar mereka memanggil namanya. Tapi, maaf. Rosé tak bisa lagi. Terima kasih, sudah berada disamping Rosé selama ini. Terima kasih sudah menjadi kekuatan bagi Rosé. Hanya- hanya ini yang bisa Rosé berikan sebagai balasannya. Terima kasih.
Ia ingin mengucapkannya secara langsung. Tapi entah mengapa bibirnya kelu. Jadi, maafkan Rosé yang hanya bisa mengucapkannya dari hati. Rosé harap kalian bisa mendengarkan suaranya.
Rosé menutup matanya, bibirnya sekilas menyunggingkan senyum tipis.
Lelah sekali rasanya.
-To Be Continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Secret Admirer
Fanfic"Jadi secret admirer itu ngga semudah yg lo kira" ┗ Start : June 19, 2021 ✧✧ ┗ Finish : August 27, 2021 ✧✧ ┗↝ ਊ Valveria #1 in Jaemrose (21/06/21) #7 in eunrosé (21/08/21)