Prolog

2.6K 91 0
                                    

Riuh ibukota tak terbendung lagi. Pagi hari, semua orang melakukan aktifitas diluar rumah secara serentak. Sehingga mengalami kemacetan yang cukup panjang, pada setiap celah jalan keluar masuk mobil sampai motor.

Pastilah orang-orang di sana harus bersikap sabar. Anak kecil berada dalam taksi mengibaskan tangan mungilnya, karena kegerahan. Cuaca saat ini sangatlah panas, disisi kanan kiri tentunya ada berjajar gedung pencakar langit. Sehingga membuat efek rumah kaca.

"Kamu gerah ya, sayang. Sabar dulu bentar lagi sampai kok. Pak supir tolong nyalakan AC ya," pinta Fatma.

Seorang ibu yang sangat perhatian pada anaknya. Ketika dinyalakan anak itu lebih enakan kembali.

Sampailah di sekolah, perempuan manis sang bidadari kecil Fatma turun dengan semangat. Hari pertama di sekolah dasar, anak itu ingin cepat-cepat masuk kelas bersama teman selagi TK.

"Eh, bentar ini bekal makanannya, jangan lupa dihabisin ya. Kalo ngga habis nanti nasinya nangis," ucap Fatma.

"Iya siap, Bu. Dadah !!" Fatma membalas lambaian tangannya.

"Ayo, Raihanah," ucap Vicka.

"Raihanah memang beruntung ya, masih ada ibunya di rumah. Mamanya Non Vicka baru saja terbang keluar negeri. Bersamaan dengan sekolah pertamanya Non Vicka," ucap Mbok Iin, pembantu Vicka.

Fatma hanya menyeringai. Lalu Fatma menunggu kepulangan Raihanah di depan pintu kelasnya. Sudah dua jam penuh Raihanah mendapatkan pembelajaran pertamanya. Dia dengan senangnya mendapatkan bintang karena keaktifan di kelas.

Ketika sampai di rumah, Raihanah kaget ada kakek dan neneknya sedang berkunjung. Dia langsung berlari dalam pelukan hangat mereka. Kakek dan neneknya itu membawakan makanan untuk semua anggota keluarga, tak lupa membawakan mainan banyak untuk sang cucu.

Sehingga dengan rasa senang, Raihanah berlari-larian mengitari meja makan bersama kakeknya.

"Aduh, lari-lariannya diluar saja, ini nenek lagi menyiapkan makanan. Nanti tumpah kalo kesenggol," sahut Nenek Ida.

"Cu, main ditaman saja yuk!" pinta Kakek Imran.
Raihanah mengangguk dan segera memegang tangan kakeknya untuk bermain kembali. Seharian penuh mereka berseru ria. Tak terasa hari akan gelap, Kakek Imran bersama Nenek Ida mesti pulang.

Dalam pangkuan Kakek Imran tertidur pulas Raihanah kecapean karena telah bermain. Fatma menggendong anaknya itu dengan penuh kasih sayang, dan menidurkannya.

***

Keesokan harinya, di hari minggu yang cerah. Fatma, Raihanah dan Hans mengajak anggota pergi ke kebun binatang. Hans sangat memanjakan anaknya dengan membelikan semuanya kemauannya. Sehingga kebahagiaan Fatma dan Raihanah terpancarkan dengan jelas. Betapa Raihanah sangat beruntung, memiliki keluarga harmonis dengan mereka.

Namun tidak berujung lama, jabatan tinggi yang menghancurkan mereka. Ketika Raihanah menginjak telah kelas lima SD.

Semuanya berubah total. Fatma menjadi wanita karir kembali, ketika ada tawaran besar menjadi sekretaris. Lalu, Hans sibuk dengan urusan kantor, sehingga pulang pergi keluar negeri maupun luar kota. Hal sama juga berdampak pada Fatma, dia dikolaborasikan bersama dengan suaminya, dengan dibubuhi tandatangan kontrak pada dua perusahaan.

Maka dari itu, Fatma dengan Hans bekerja sama. Sehingga lupa sudah dengan keluarganya, terutama pada Raihanah.

Raihanah dirundung sedih sampai berat badannya menurun drastis, ketika kedua orangtua tidak menampakkan dirinya. Sehingga dia menjadi perempuan yang tidak memiliki keberuntungan kembali.

Akan tetapi disamping dia masih ada Mbok Yem sebagai asisten rumah tangganya. Mbok Yem yang menjadi kedua sosok ibu dan ayah, yang kini telah hilang. Suka duka di sekolah selalu dilontarkan padanya. Sehingga semangat hidup memuncak kembali karena masih ada sosok pelindung bagi Raihanah.


Bersambung...

Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang