Pagi harinya, Raihanah melihat Kakek Imran masih berbaring di tempat tidurnya. Tidak seperti biasanya, yang dari shubuh telah bangun. Ketika ia memanggilnya suara Kakek Imran parau badannya juga sangat lemas dan panas. Di waktu malam terdengar Kakek Imran mengingau nama Nenek Ida, istrinya. Seperti Kakek Imran akan menghampiri Nenek Ida.
"Aki sakit, Rai bawa ke rumah sakit ya?"
"Ngga usah, Aki cuman butuh istirahat saja di rumah."
"Badan Aki saja panas, mukanya pucat."
"Lebih baik Rai menggantikan Aki ke kebun untuk mengurusinya. Kalo kamu ada kesulitan tanyalah pada Ujang. Dia akan membantu kamu."
"Iya Aki, Rai akan melakukan itu. Tapi Aki tidak apa-apa bila ditinggal sendiri."
Kakek Imran mengangguk.
Raihanah bersiap-siap untuk mengurusi kebun seperti apa yang diamanahkan oleh Kakek Imran.Seperti biasa ia pergi dengan membawa sekeranjang makanan untuk para pegawainya untuk makan siang. Setelah keluar dari rumah, dan meninggalkan Kakeknya sendiri.
Disetiap perjalanan Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang melewatinya, terlihat sopan dan menghargai keberadaan. Mereka melihat penampilannya dengan tertutup dengan menggunakan hijab.Berbalik ketika ia baru pertama kali kesini. Ia serasa selalu diawasi dengan melihat terbukanya aurat.
Datanglah Ujang ketika Raihanah mengecek pendapatan bulan lalu pada pembukaannya. Lalu Ujang membantunya, ketika terlihat wajah Raihanah merasa bingung. Lalu Ujang menghampirinya dan membawa sebotol air mineral kepadanya.
***
Hari telah senja, semua pegawai berbondong-bondong membereskan barang-barang yang berserakan dan mereka disimpan dalam gudang. Dalam perjalanan Ujang dan Raihanah berpisah arah. Raihanah merasakan sendiri bekerja keras dan bisa mendapatkan omset yang luar bisa. Meski belum sepenuhnya bisa, ia masih belajar.
Sesampainya di rumah, Raihanah melihat kesekitar berantakan. Pintu rumah terbuka lebar. Ia bergegas melihat Kakeknya, dan ternyata Kakek Imran sedang berbaring di tempat tidurnya dengan muka yang babak belur.
"Ya ampun, Aki ga apa-apa? Kok bisa kayak gini, dua preman kemarin kemari lagi ya," ucap Raihanah merasa panik.
"Iya Neng, apa lancar urusan di kebun?" tanya Kakek Imran.
"Jangan mikirin itu dulu Aki. Perasaan Rai terbukti ada masalah disini. Aki baik-baik saja kan? Cerita sama Rai ini semuanya kenapa?" tanya Raihanah merasa bingung.
"Aki ngga apa-apa Rai. Kamu jangan khawatir ya."
"Ya sudah Aki istirahatkan saja dulu, ceritanya nanti saja."
Kakek Imran tidak meringis perih. Akan tetapi dalam rautan wajahnya telah menyimpan sesuatu dalam benaknya. Raihanah menyuruh Kakek Imran berbaring untuk istirahat saja.
Lalu, Raihanah membereskan rumah agar bersih dan tidak berserakan dimana-mana. Raihanah menyapu dan mengepel semua ruangan rumah Kakek Imran sampai bersih. Sebelum Kakek Imran bangun, agar tidak terbayangkan lagi kejadian yang telah terjadi.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
Ficción GeneralKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...