Adzan maghrib berkumandang, Raihanah dan Kakek Imran pulang ke rumah. Terlihat ada seorang lelaki yang sedang tidur di kursi depan. Kakek Imran menghampiri dengan pelan - pelan, dengan membawa sapu lidi. Lelaki itu menjerit kesakitan dan Raihanah menohok ke arahnya.
"Roy!" teriak Raihanah.
"Ya, saya nunggu kalian dari tadi."
"Mau ngapain kesini?"
"Jemput kamu buat pulang."
"Emang siapa kamu, mengatur-ngatur hidup ku saja."
Kakek Imran keheranan, melihat Raihanah dan Roy beradu mulut. Meski Kakek Imran merasa kesal, dia datang secara tiba-tiba seperti maling saja.
"Sudah malu sama tetangga bila kalian berantem begini. Di dalam saja mengobrolnya supaya enak," ujar Kakek Imran.
"Silahkan duduk dulu, Aki bawakan minum."
"Tidak usah, saya sudah menunggu terlalu lama disini," ucap Roy.
"Langsung saja ya, saya kesini akan menjemput Raihanah pulang oleh orang tuanya."
Kakek Imran merasa kaget.
"Ngga.. Rai ga akan kembali kesana. Rai mau disini aja."
"Maaf ya Nak, Aki ngga kenal sama kamu dan Aki ngga tau orangtuanya Raihanah menyuruh pulang sebab apa. Tapi kamu jangan memaksa dengan sekehendaknya gitu. Biarlah Neng Raihanah memikirkan dulu."
"Tidak ada waktu lagi Kakek, dia harus pulang hari ini bersama saya. Dan kedepannya Raihanah akan menjadi istri saja. Makanya, dia harus mempersiapkannya dari jauh-jauh hari."
"Jangan seenaknya kalo ngomong, kita baru saja kenal. Rai gak bisa secepatnya nikah."
"Jangan bantah, ayo pulang!" Roy marah sambil menyeret tangannya Raihanah dengan kencang.
Kakek Imran marah "Sudah lepaskan cucu saya!! jodoh yang baik akan bertemu dengan yang baik pula. Kalo kamu bersikap seperti sama saja kamu ngga pantas untuk cucu saya."
"Baik besok saya akan kemari lagi dan Raihanah harus siap untuk pulang. Atau tidak kalian tidak akan selamat. Camkan itu," ancam Roy.
Raihanah merasa takut, sikapnya sangat keras. Sungguh tidak pantas orangtuanya menjodohkan dengan dia. Raihanah menceritakan tentang Roy saat ia pertama kali bertemu.
Kakek Imran menyarankan untuk menginap di rumah Ujang agar aman sehingga Roy tidak bisa memaksa pulang.
Raihanah mengangguk.
"Assalamualaikum.. Ujang. Mohon maaf Aki sama Raihanah kesini malam-malam, jadi mengganggu waktu tidurnya ya," ujar Kakek Imran.
"Masuk Aki, ngga apa-apa kok. Kami sedang menyetorkan hafalan mereka, sudah menjadi waktu rutinan untuk keluarga ini," ucap Ujang.
"Oh ya, ada yang bisa bantu Aki?" "Gini Aki mau ngerepotin kalian. Untuk hari ini Aki bersama Raihanah menginap disini, apa boleh?"
"Silahkan saja Aki, kami tidak merasa direpotkan," ujar Ujang dengan sungkan.
"Tapi tumben menginap, kalo boleh tau ada apa?"
"Ada gawat darurat Kang," panik Raihanah.
"Maksudnya bagaimana Neng?"
"Gini Ujang, teman lelaki Raihanah dari sore datang ke rumah, dia mengajak paksa Raihanah pulang. Lalu dia besok mau kemari, bila tidak menurutinya, dia akan mengancam. Makanya kita kemari."
"Ya Allah ... kejam sekali lelaki itu."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
General FictionKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...