Tiba disebuah gudang kosong, disitu terdapat Raihanah dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Terdapat pula tiga orang lelaki yang tertawa lepas sampai suaranya terngiang sampai ke ujung. Beberapa jam kemudian, Raihanah sadar dalam keadaan kepalanya pusing, matanya kunang-kunang.
Lalu, Ia bingung sedang berada di ruangan kosong dan hanya dirinya berada disitu. Terakhir Raihanah ingat sedang berada di rumah sakit. Deg ... Hati Raihanah berdetak, ada orang yang menghampirinya. Tiga orang lelaki bertopeng hitam datang mengerubuni Raihanah.
"Akhirnya, sadar juga loe," ucap salah satu lelaki itu.
"Siapa kamu?"
"Husssttt ... loe ga boleh tau gue siapa. Tapi gue sukses membawa loe kesini."
"Lepaskan Rai. Rai mau pergi, Kasihan Aki sendiri di rumah sakit," ucap Raihanah sambil memberontak.
"Aki loe bakalan MATI !!! dan jangan harap loe balik lagi ke kampung kumuh itu lagi."
Raihanah merenung sejenak, memikirkan suara lelaki itu yang tidak asing didengar. Memorinya terus diputar. 'Rai tau, apa mungkin ini suaranya Roy?' Rasa takut dengan ancamannya mengguncang.
Kemudian, Raihanah memperhatikan dua orang lelaki lainnya. Perasaannya sangat bulat dua orang ini yang sudah meneror di kampung. Mata melototnya memberikan rasa kesal.
Senja tiba, Raihanah masih dalam tahanan. Tiga orang itu sedang tidur lelap, Raihanah mengusahakan meloloskan diri, dengan menggunakan metode yang diajarkan ketika sekolah.
Akhirnya tangan sudah terlepas dari ikatan, ketika akan melepaskan ikatan kaki. Satu orang itu, bangun ia mengigau sambil berjalan lurus. Raihanah melihatnya menjadi kaget.
Setelah terlepas ikatannya, Raihanah bergegas untuk pergi dari ruangan ini. terlihat ruangan ini sangat besar belum melihat tanda-tanda pintu keluar masuk. Dalam benaknya, ia harus memberanikan untuk mengungkapkan rasa penasaran ini.
Raihanah bersembunyi diantara tumpukan kardus berkas. Tiga orang lelaki itu bangun, salah satunya marah besar ketika tahananannya kabur. Sumpah serapah mereka ucapkan.
"Cepat cari, sana. Jangan diem mulu. Gue molor, kalian molor juga ngga becus jaganya."
Dua orang suruhan berpencar, dan dirinya menyesali terhadap mereka. Lalu, membuka topeng sehingga bisa terlihat wajah aslinya. Sontak Raihanah, ia mengenalinya sebagai laki-laki yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya. 'Roy !!!' dalam hatinya.
Raihanah posisi di belakang Roy yang sedang menelepon. Tabiat jahatnya keluar, dengan suara keras yang dilontarkan. Sehingga Raihanah dapat mendengarnya.
"Ya Pak Hans, tenang aja si Raihanah ada disini. Tapi sekarang dia lepas dari jangkauan saya. Tenang saja Pak, pintu keluar telah saya halangi. Pasti juga si Raihanah sedang berada disekitaran sini."
"Kamu memang lelaki siap siaga dan banyak akalnya. Beberapa menit lagi saya akan on the way sana."
"Iyalah Pak, saya kan bisa diandalkan dari setiap apapun," Roy sambil tertawa.
"Pak Hans mau kemari. Siap Pak saya tunggu."
Roy mematikan gawainya. Ia berlaga dengan sikapnya yang sombong seperti layaknya seorang penguasa diktaktor. Dua orang preman itu kembali tanpa membawa hasil.
"Mana Si Raihanahnya?" ujar Roy merasa kesal.
"Kita sudah berkeliling tapi ngga nemu Bos. Kita haus Bos. Apa ada air minum?"
"Kerja kalian ngga becus, malah minta air. Sana chek pintu utamanya lihat keluar ada dia tidak!"
Dua orang suruhan Roy mengangguk siap menjalankan perintahnya. "Bos, diluar ada Tuan Besar. Mereka menanyakan Bos?"
"Suruh mereka masuk!"
Datanglah Hans bersama Fatma. Lalu, Roy menaruh hormat padanya.
"Anak kami mana, Raihanah. Bagaimana sih Roy?" Fatma menyesali.
"Dia pasti ada disekitaran sini, Bu. Pasti nanti dia juga akan keluar ketika melihat orangtuanya berada disini."
"Bagaimana Nak Roy dengan perjanjian diawal kita, deal untuk memprosesnya?" tanya Hans.
"Itu sangat mudah bagi keluarga saya Pak. Asalkan secepatnya saya menikahi putri cantik Pak Hans."
"Itu bisa diatur oleh kita Nak Roy." Semua sontak ketika mendengar kardus-kardus yang berada dibelakang berserakan. Raihanah bersembunyi disana, kaget ketika menyenggol kardus itu sehingga terlihat persembunyiannya.
"Eh Raihanah. Sedang apa kamu disana?" ucap Roy berucap manis.
"Diamlah Roy, jangan so manis dihadapan orangtuaku. Dasar laki-laki brengsek!" ujar Raihanah merasa kesal.
"Ayah sama Ibu kok bisa kesini. Ada bisnis apa dengan laki-laki ini."
"Kamu ga perlu tau, Nak. Yang penting Ayah senang bisa liat kamu ada disamping Ayah" ucap Pak Hans sambil tersenyum dalam pelukan kepada anaknya.
"Ayah tuh bingung sekali, untuk membawa kamu ke rumah harus gimana? Ya sudah Ayah menyuruh Roy melakukan seperti ini.
"Ibu juga senang kamu kemari, Sayang. Jadi, kamu pulang ke rumah ya kita memulai kembali lagi dari nol. Ayah sama Ibu akan memberikan segalanya untukmu Nak."
Raihanah melepaskan pelukan Ayahnya,"Ngga, Rai ga akan pulang. Rai harus kembali ke rumah sakit Aki Imran sedang membutuhkan Rai disana."
"Hey .. Rai, Ibu bingung sekali sama kamu. Apaan sih yang harus diharapkan dari Kakekmu itu," bentak Fatma.
"Ya, soalnya Ibu ngga pernah ngerti hatinya Rai gimana. Ayah sama Ibu bersikap egois terhadap Rai."
Sontak saja, tangan Pak Hans melayang kepada pipi manisnya, sehingga berwarna merah. Lalu, mereka semua menggiring paksa Raihanah ke rumah untuk dikurung didalam kamarnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
Ficción GeneralKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...