Sesampainya di kampung, semua warga telah berkumpul menyambut kedatangan Raihanah. Lalu Raihanah menjelaskan kejadian yang telah menimpanya agar tidak ada kesalahan pahaman.
"Alhamdulillah berarti sudah terungkap ya?" ujar Ina.
"Iya Bu. Untuk semuanya maafkan Rai karena sudah mengkhawatirkan. Dan terimakasih atas pengurusan jenazah Aki Imran."
"Itu sudah kewajiban setiap saudara muslim untuk mengurus jenazah. Kami semua senang Neng Raihanah kembali lagi kesini." Ucap salah satu warga.
"Silahkan masuk dulu, ngga enak ngobrol diluar."
"Iya Neng, kebetulan ada hal penting yang harus disampaikan" ucap Pak RT. "Untuk para warga bubar saja, kerjakan aktifitas masing-masing."
Para warga berpencar untuk kembali ke rumah masing-masing. Didalam rumah hanya ada Ujang bersama Pak RT. Lalu, Pak RT membuka sebuah dokumen penting, dan menyerahkan kepada Raihanah untuk dibaca.
"Ini ada surat warisan dari Aki Imran" ucap Pak RT sambil menyerahkan berkas.
"Dalam surat itu tertulis atas nama Raihanah Putri sebagai pemilik kebun apel beserta rumah ini."
"Kapan amanah ini disampaikan Pak RT? Apa disaat detik terakhir?"
"Bukan Neng, dari jauh-jauh hari ketika awal Neng Raihanah tinggal disini. Langsung Aki Imran melaporkan sekaligus menyampaikan perihal ini."
"Masyaaallah, amanah ini terlalu berat bila dipegang sendiri. Kenapa bisa seharusnya hak ini atas nama Ibu?"
"Kalo soal itu saya tidak tahu-menahu. Tapi Aki Imran berpesan lagi untuk bekerjasama dengan Ujang mengurusi kebun itu."
"Siap Pak RT kalo urusan kebun mah, " ucap Ujang antusias.Keesokan harinya, Raihanah memulai langkah untuk mengurusi kebun. Pegawainya mengeluhkan bahwa akhir-akhir ini panen selalu gagal. Para konsumen tetap juga memberhentikan produksinya, karena tidak ada pengontrolan ketat sehingga terimbas oleh kelalaian.
"Nanti akan Rai pikirkan kembali untuk solusinya, sekarang kalian kerjakan apa saja yang bisa dikerjakan, " ucap Raihanah dengan bijak kepada pegawai yang mengeluhkan.
Datanglah Ujang yang sedari tadi semangat untuk bekerja. Lalu, menghentikan langkahnya ketika melihat Raihanah duduk termenung disebuah saung. Terlihat di saung itu terdapat beberapa karung apel yang kurang bagus untuk diproduksi.
"Ini ada apa Neng? Kok sampai berantakan begini."
"Iya Kang. Panen kali ini gagal."
"Kok bisa ya, padahal sudah dikasih pupuk biasanya."
"Sudahlah, Rai bingung sekali ini. Merasa menyesal hari ini tuh lalai menjaga amanat dari Aki, untuk menjaga kebun ini."
"Jangan disesalkan begitu Neng, ini sebuah titik menghadapi ujian. Allah yang menguji, supaya kita lebih sabar kembali dan tidak akan pernah melupakan kepada-Nya sebagai Maha Mengetahui."
"Tapi sekarang Rai harus berbuat apa?"
"Kita akan mencari jalan terbaik untuk bisa melewati ujian ini ya." "Kang Ujang bantuin ya?"
"Iya, insyaallah kita sama-sama akan merintis kembali dari nol."
Ujang kembali ke rumah sebab telah menerima pesan dari Fatimah, Cantika si bungsunya merengek ingin meminta roti kesukaannya. Raihanah mengikutinya, lalu Ujang berbelok ke warung yang terdekat. Banyak janjanan yang berjejer, namun roti hanya tersisa dua biji saja.
Sesampainya dirumah, Cantika telah berjaga di depan rumah menyambut pesanannya tiba. Namun, wajah Cantika masih saja cemberut dan ingin menangis.
"Cantika kenapa, itu kan rotinya sudah dibeli?" tanya Raihanah. Lalu, Raihanah melihat Cantika merobek-robek roti namun tidak dimakan. Hanya saja dibuang begitu saja sambil bersedih.
Fatimah datang "Iyalah Kak. Soalnya itu bukan roti kesukaannya, dia senangnya yang ada selainya."
"Di warung tadi hanya tersisa dua de, itu deh yang dibeli."
Raihanah mencoba menenagkan kembali Cantika. Ia mengendongnya "Cantika, mau roti yang ada selainya ya. Sukanya itu ya."
Cantika langsung membalas anggukan. Berbicara soal selai, Raihanah terpikirkan sebuah ide yang cemerlang. Beredarnya selai dimana-mana seperti selai cokelat atau selai strawberry. Lalu pikirannya beralih kepada apel-apel tersebut.
"Kang Ujang setuju tidak kalo apel-apel itu dijadikan selai apel?"
"Wah.. ide yang sangat bagus itu. Tapi emang Neng Raihanah bisa membuatnya?"
"Hmmm ... belum pernah nyoba sih, tapi pernah ngeliat teman yang buat. Nanti resepnya bisa cari dalam internet saja."
"Fatimah mau bantuin Kakak boleh ya?" Raihanah dan Ujang mengangguk.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
Ficción GeneralKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...