Chapter 34

236 10 0
                                    

Ujang menghampiri ke rumah Lisa. Sudah sekitar delapan tahun telah berpisah dengannya. Sehingga tidak mengenali kembali. Namun sangat mengenali sekali setiap keluarga Lisa.

“Kamu Ujang ya, makin tampan saja kamu saat ini. Sangat berisi jadi buncit tuh liat. Dulu kamu sangat kurus bila dibandingkan si Boni kamu paling kurus,” ucap Laila sambil bahagia ketika Ujang menghampiri.

“Kamu juga terlihat sangat beda hari ini, terlihat modis pakaianmu jadi setengah bahan. Dibandingkan dulu ketika masih sekolah, kamu selalu memakai baju celana yang panjang.”

“Apa kamu tidak melupakan janji itu kan, Jang?”

Ujang lalu mengerutkan keningnya. “Janji apa sih, aku lupa?”

Laila meminta Ujang untuk mengobrol tentang janji itu diluar rumah. Keduanya jalan-jalan berkeliling kampung. Banyak berubah ketika Laila menginjakan kaki kembali.

Ketika telah sampai diujung kampung, Laila terpana ketika ada sekumpulan pohon apel yang menjadi makanan favoritnya. Seingatnya, disini adalah tempat ketika bermain dengan ‘Trio Jabrig’.

Lalu Ujang menceritakan adanya kebun apel ini. Dan orang dermawan yang sangat berguna bagi masyarakat, yang menjadikan kehidupan warga sejahtera. sehingga menjadi Laila terlihat kagum dengan kehidupan Kakek Imran begitupun Ujang.

“Tapi sayangnya beliau sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Beliau juga sudah banyak membantu Ujang dan adik-adik.”

“Oh iya, apa kabar mereka dan Umi?”

“Adik-adik, alhamdulillah mereka pada sehat, kalo Umi sudah meninggal,” ucap Ujang sambil bersedih.

Saat Ujang dan Laila mengobrol panjang lebar. Datanglah Raihanah dengan membawa sekeranjang apel. Raihanah sangat cemberu melihat Ujang bersama perempuan duduk berdempetan. Dirinya juga belum pernah merasakan duduk berdempetan seperti itu.

“Kang Ujang, bisa sekarang kita diskusi perihal pembuatan selai apel itu?”

“Oh harus sekarang, Neng. Dikira nanti sore bada ashar,” ucap Ujang merasa tidak fokus.

Kemudian Ujang meninggalkan Laila sendiri.

“Ujang tunggu, aku belum ngejelasin masalah janji itu,” ujar Laila berteriak, ketika ditinggal Ujang.

Laila cemberut ditinggal oleh Ujang. Boni menyelidiki dari kejauhan. Kayak merasa mengenali perempuan yang sedang termenung itu.

Kemudian Boni menghampiri dan mengungkapkan gombalannya. Dengan tingkah laku sahabat lainnya itu, Laila mulai mengingatkan kembali itu Boni. Namun, kedekatan Laila dengan Boni tidak sehangat Ujang.

“Dih, lebaynya masih ada ngga pernah berubah. Udahlah aku capek pengen istirahat, soalnya baru pulang.”

Boni mengikuti dari belakang. Laila mempercepat langkahnya sebab sangat risih dengan tingkahnya. Ketika Boni akan mengejar, salah satu pekerjanya menyuruhnya untuk bekerja kembali.

Bersambung...

Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang