Raihanah kembali lagi ke kampung Sukaharja. Perjalanan jauh yang ditempuh dengan menggunakan angkutan umum.
Sesampainya dirumah, ia melihat Kakek Imran yang akan pergi ke kebun dengan membawa rantang serta nasi bungkus untuk makan siangnya dan para pegawai. Sudah tiga hari ini, ia berada di kota. Kakek Imran melihat cucunya itu dengan erat penuh kerinduan.
"Alhamdulillah Cu.. kamu pulang juga. Aki kesepian sendirian lagi," ucapnya.
"Eh sebentar ada yang ilang. Mobil kamu kemana?"
Raihanah melamun.
"Terus kamu kesini naik apa?"
"Naik bus."
"Ya Rabb, kamu ngga apa-apa kan?"
"Ngga kok, Rai ngga kenapa-napa. Kunci mobil disita oleh Ayah. Supaya Rai ga bisa kesini lagi. Tapi Rai beranikan saja untuk naik bus."
"Ya sudah, kamu istirahat saja sana, di dapur ada sop ayam makanlah sana. Aki mau ngontrol kebun lagi," pintanya.
"Rai mau ikut Aki aja, boleh kan?"
Raihanah mengikuti Kakek Imran ke kebun. Sesampainya disana, terlihat Ujang bersama Boni bekerja dengan giat. Ia sedang memetik apel dan dimasukkannya ke dalam keranjang.
"Eh.. ada Neng Rai. Kapan pulang dari kota?"
"Barusan," katanya.
"Katanya Ujang kangen," celetuk Boni.
"Hah.. dia bohong Neng. Apaan sih Bon, cepetan kerja sana."
Pada saat jam istirahat, semua para pegawai berhenti dari pekerjaannya, semuanya makan siang bersama. Ujang mencari tempat kosong, kebetulan ada disebelah Raihanah. Ia malu untuk melangkah, namun Kakek Imran menyuruhnya untuk duduk bila sedang makan.
Raihanah memulai obrolannya, mengenai kesehatan adiknya, pekerjaannya, dan keluarganya. Canda dan tawa tercurahkan oleh keduanya. Sesekali ada yang meliriknya dengan tingkahnya. Sehingga membuat Raihanah dan Ujang berhenti dan dimarahi oleh Kakek Imran.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
General FictionKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...