Chapter 12

381 20 0
                                    

Keesokan harinya, datang Ibu-Ibu yang akan menuju warung, mereka menghampiri Kakek Imran yang sedang minum kopi dengan Ujang. Lalu, mengabarkan bahwa mereka melihat lelaki yang menunggu dirumahnya.

Kakek Imran merasa khawatir dan merasa tidak nyaman dengan ancaman yang diucapkan itu. Kemudian Kakek Imran memanggil Raihanah.

“Kakek mau bertanya sekali lagi untuk memastikan, apa kamu mau pulang atau tetap disini?” ujar Kakek Imran.

“Rai mau disini bersama Aki. Mau menemani Aki sampai kapanpun. Rai sayang sekali sama Aki. Jadi, Rai mohon jangan sama seperti lelaki itu.”

Ujang memandang Raihanah saat berpelukan dengan Kakek Imran. Ia masih mengingatnya ketika Ayahnya sangat membanggakan ketika saat sekolah selalu rangking pertama, pada saat itu pula ia dipeluk dengan erat. Ujang menjadi terharu ketika mengingatnya.

“Bagaimana kita melihat kesana untuk memastikan? kemungkinan lelaki itu sudah pergi dari rumah karena telah menunggu lama disana,” saran Ujang.

“Ide yang bagus itu Kang. Semoga dia sudah pergi.” ucap Raihanah.

“Ya sudah, ayo kita kesana. Raihanah kamu diam disini dulu, biar Aki sama Ujang melihat kerumah.”

“Rai pengen ikut. Kalo ada apa-apa dengan Aki, Rai pasti akan bersalah.”

“Aki benar, Neng tetep sini dulu. Biar Aki saya yang jagain.”

“Ya udah, Hati-hati ya Kang.”

Kakek Imran bersama Ujang mengendap-ngendap di belakang rumahnya. Terlihat ke sekitarnya tidak ada orang disana. Tak ada apapun di depan rumah Kakek Imran. Mereka pergi kembali ke rumah Ujang untuk mengatakan kepada Raihanah sudah tidak ada apa-apa.

“Neng, alhamdulillah keadaan dirumah aman. Jadi tidak usah khawatir ya.”

“Aki lupa hari ini ada yang harus dikirim apel ke kota. Ujang kamu bantu Aki ya buat mempersiapkan.”

“Rai ikut ya, supaya bisa tau Kang Ujang kerja. Supaya Rai bisa membantu.”

“Ngga usah dibantu Neng. Saya bisa nyelesaikan sendiri.”

“Sudah biarkan saja Rai membantu, supaya dia tau capeknya bekerja.”

Semuanya pergi ke kebun, rumah dalam keadaan kosong. Sayyidah Fatimah bersama si bungsu Cantika bermain berlari-lari. Fadli dan Farhan sedang bermain bola di lapangan samping kebun bersama teman-teman sekolahnya.

Kakek Imran sedang mengecek info pemesanan untuk diantar ke luar kota. Sedangkan Ujang bersama Ujang sedang mempersiapkan buah apel yang akan di kirim. Tak terasa waktu telah terbit fajar. Dengan pekerjaan yang melelahkan dan berjalan lancar sampai memenuhi target bulan ini secara meningkat.

Bersambung...

Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang