Chapter 29

197 11 0
                                    

Pagi hari yang indah dengan sinar mentari cerah. Pintu diketuk ketika Raihanah sibuk berbenah. Hidup sendiri dalam rumah sederhana, membuat perkembangan dirinya menjadi lebih mandiri.

Kemudian, Raihanah membuka pintunya dan membuat perasaan kaget bahwa orangtuanya datang dengan membawa banyak barang.

"Ayah, Ibu. Rai sangat senang kalian bisa mampir kesini."

Raihanah sangat sumringah melihat kedatangan mereka. Raihanah mulai berfikir ini sebuah hidayah Allah telah membalikan hatinya.

"Kita ngga bisa lama disini, Nak." Raut wajah Raihanah mulai mengkerut.

"Kita hanya ingin bertemu sama Kakek kamu saja, ada yang ingin dibicarakan. Kemana dia, kok sepi sekali rumahnya."

Raihanah mulai menangis.

"Kenapa kamu menangis, Nak?" Ujar Pak Hans. "Aki Imran sudah tidak ada, Yah."

"Maksudnya apa? Pergi kemana gitu?"

"Ngga Bu. Aki Imran sudah meninggal."

Deg ... "Apa? Sudah meninggal. Padahal Ibu belum sempat meminta maaf kepada Kakek kamu."

"Sudah terlambat Bu."

Dulu, perseteruan keluarga Fatma sampai tak terbendung lagi. Sehingga perpecahan keluarga terjadi hingga waktu telah habis.

Di kisahkan Fatma sangat menentang orang miskin. Namun Ayahnya sangat royal terhadap siapapun. Ketika diadakan kegiatan sosial ditempatnya, Fatma sangat membatasi pemberian dengan bantuan yang minim. Padahal keluarga Fatma adalah orang terpandang di wilayah itu, dan satu-satunya orang terkaya. Namun Ayahnya, Fatma menyadari betul harta adalah titipan dan terselip hak orang lain terutama fakir miskin. Pada suatu ketika, Fatma mempermalukan nama baik keluarga. Ia berbuat celaan terhadap orang miskin, yang akan meminjami uang sebagai hutang. Ketika mendengar hal itu, Ayahnya yang bernama Muhammad Imran mencabut fasilitas mewah dan mengusir dari rumahnya sendiri. Tak tentu arah akan kemana Fatma melangkah.

Ketika itu ada sahabatnya, dia mencarikan Fatma tempat tinggal. Suatu hari, Fatma diajak bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota oleh sahabatnya. Lalu, dikenalkan kepada direktur perusahaan, yaitu Hans Nugroho.

Satu tahun berlalu, kinerja Fatma meningkat. Sempat tergeser pula posisi sahabatnya menjadi sekretaris. Sehingga sahabat Fatma merasa iri dengan kedekatan Fatma dengan Hans. Akhirnya pelabuhan cinta tergayung sebagai direktur dan sekretaris. Lalu, sahabat Fatma merasa sakit hati dan mengalami kecelakaan saat akan menyebrangi jalan.

Beberapa tahun berlalu, jalinan kasih Fatma dengan Hans berlabuh bahagia. Suatu ketika, Ibunya Fatma mengidap penyakit ginjal dan harus rutin untuk cuci darah. Harta kekayaan Ayah nya hampir akan habis. Lalu, ia akan meminjamkan uang kepada Fatma, namun Fatma menolak karena beralasan tidak pernah mengurusi dia. Sudah tiga kali berturut-turut cuci darah, Ibunya Fatma koma di rumah sakit.

Berselang dua bulan lebih, Ibunya Fatma meninggal. Ayahnya sangat kecewa dengan tingkahnya. Kemudian dia menjual rumah mewah itu untuk menutupi sebagian hutangnya dan sebagian lagi menjadi modal usaha. Ia mencari tempat tinggal yang sangat jauh, tepatnya di kampung Sukaharja.



Bersambung...

Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang