Bel berbunyi, Mbok Yem membukanya. Datanglah keluarga Pak Samsul dan seorang lelaki tampan yang disampingnya. Lalu Mbok Yem mempersilahkan masuk dan duduk dan akan memanggilnya.
Mbok Yem memberitahukan bahwa di depan ada tamu, seketika merasakan takut. Tapi Bu Fatma menenangkannya, mereka lalu bergegas menuju ke bawah.
Terlihat seorang laki-laki yang tampan dan gagah bersama kedua orangtuanya. Raihanah mengingat kembali pada mimpinya pada malam hari. Sesosok lelaki gagah namun tak jelas wajahnya.
"Apakah lelaki ini jodohku, yang ada dalam mimpiku?" ucap dalam hatinya dan Raihanah pun menohok dalam lamunannya.
"Pak Hans Ibu Fatma, ini putra semata wayang kami namanya Roy Darmono. Seminggu yang lalu ia telah pulang dan telah menyelesaikan disertasinya di Amerika. sudah beberapa tahun dia tinggal disana, pulang ke rumahnya malah celingak celinguk kebingungan," ucap Pak Samsul sambil tertawa.
"Lalu, ini putri Pak Hans ya, dia sangat cantik sekali."
"Iya Bu Fatma, putri kalian sangat cantik sekali seperti Ibunya. Selagi pertemuan awal kita, putri kalian tidak ikut. Kemana waktu itu?" tanya Bu Ranti.
"Anak kami ini berlibur di rumah Kakeknya Bu."
"Anak kalian ini lulusan universitas mana?"
Pak Hans bingung untuk menjawabnya.
Lalu Bu Fatma yang berbicara "Anak kami ini wanita yang mandiri, tidak pernah menyusahkan kami. Tapi, kami kasihan kepadanya terhadap pendidikannya, tahun ini kami akan daftarkan ke universitas di luar negri. Namun belum ada yang cocok dengan kampusnya, ya semoga Nak Roy bisa membantu ya," pintanya.
Raihanah berdehem kepada Ibunya yang melebih-lebihkan perkataannya itu. Dia merasa tidak nyaman dengan perlakuannya kepada dirinya. Tiba-tiba telepon Pak Samsul berdering. Lalu ia mengangkatnya.
"Pak Hans, baiknya anak kita ini suruh PDKT an dulu dan tidak boleh mengganggunya. Kita meeting disebelah sana ya. Saya hanya punya waktu yang sebentar. Setelah ini saya akan pergi ke kantor lagi," pinta Pak Samsul.
"Baik Pak Samsul, kita meeting disebelah sana. Mari!"
Roy bersama Raihanah dalam suasana diam, keduanya canggung. Roy melirik Raihanah dalam tatapan tajam, ia memperhatikan penampilan dari atas sampai bawah. Melihat wajah Raihanah yang cantik jelita itu.
"Nama kamu siapa? tadi tidak sempat berkenalan."
"Raihanah Putri."
"Hmm, namanya cantik cocok dengan orangnya."
"Terimakasih."
"Kalo kamu mau mencari universitas yang bagus. Aku ada rekomendasi di kampusku. Disana sangat bagus fasilitasnya, dan jurusannya juga."
"Tidak usah terimakasih."
"Jangan cemberut gitu dong, jadi jelekkan tuh. Sini dong duduknya jangan jauh-jauh gitu. Kita akan seperti pasangan kekasih."
"Apa kamu bilang!!! Jaga ucapanmu itu, saya tidak menyukai anda. Camkan itu!!"
Pak Hans marah ketika Raihanah berbicara dengan nada keras. Lalu, Pak Samsul tidak melanjutkan meetingnya, ia merasa tidak nyaman dengan kondisinya sekarang.
"Rai bicara yang sopan pada tamu, tidak baik. Maafkan Raihanah Nak Roy," ujar Pak Hans.
"Tidak masalah Om. Besok lagi saja, aku akan kemari lagi. Hari ini aku dan Ayah ada tugas dari kantor" ucap Roy.
Hans dan Fatma mengangguk.
"Kami pulang dulu Pak, Ibu. Nanti kita bicarakan dengan serius lagi tentang ini."
Raihanah menyendiri di dalam kamarnya, ia melamun memikirkan kejadian pagi itu. Roy memiliki segalanya yang telah di dapat. Namun sikapnya yang genit, itu yang ia tidak sukai. Raihanah tidak mau bila dijodohkan.
Lalu teringat dengan Ujang. Selama ia mengenalnya, Ujang lelaki yang bertanggung jawab, pekerja keras, dan sangat menghargai wanita. Ia merasa kangen kepada Ujang dan juga Kakeknya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
Fiksi UmumKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...