Chapter 24

223 13 0
                                    

Kembali bercerita di kampung Sukaharja. Semua warga sedang berduka cita atas kepergian Kakek Imran. Atas jasa yang diberikan olehnya, telah menyimpan amalan jariyah doa anak-anak yatim piatu. Sebab semasa hidupnya Kakek Imran seminggu sekali tak pernah absen untuk menyantuninya.

Terkhususnya membantu perekonomian keluarga Ujang dan umumnya terhadap semua warga. Sehingga berkat bantuannya kampung Sukaharja menjadi maju pengekspor apel. Tidak seperti dulu, kampung Sukaharja menjadi terpinggirkan, sering dicap kampung pengangguran.

Di rumah duka, banyak pelayat yang berhamburan. Para konsumen setia dari luar kota berdatangan menyimpan selipan doa untuk jenazah.

Kemudian, ambulan datang ke rumah duka. Jenazah telah diurus oleh pihak rumah sakit. Namun, tidak ada sanak keluarga disana, sehingga pemakaman harus ditunda sebelum Raihanah kembali.

"Kang Ujang, apa kamu tau keberadaan Raihanah dimana?" tanya Pak RT.

"Dari tadi saya tidak melihat Neng Raihanah. Pihak rumah sakit malahan menelepon ke saya mengabarkan ini."

"Mungkin saja, Neng Raihanah sudah tau ini. Lalu, dia mengunjungi rumah orangtuanya di kota. Lebih baiknya Kang Ujang menyusul saja di kota. Kebetulan saya ada alamatnya," saran Pak RT.

"Lebih baik, kita makamkan saja sekarang. Ngga baik juga kan dalam syariat menunggu terlalu lama untuk dimakamkan."

"Ya sudah, saya akan menjadi saksi tentang pemakaman ini," ucap Pak RT dengan bijak.

Semua orang beriringan mengantarkan jenazah ke tempat terakhirnya. Sesampainya disana, yang bertugas menjalankan proses pemakaman sesuai dengan syariat islam secara benar.

Setelah itu, mereka panjatkan doa untuk jenazah 'semoga dilapangkan kuburannya dan amalan dunia bisa diterima oleh-Nya.' Lalu, mereka tak luput untuk menaburi bunga sebagai tanda perpisahan selamanya. Satu persatu warga meninggalkan tempat pemakaman.

"Kang Ujang," sapa Pak RT.

Ujang berhenti dalam langkahnya dan menengok ke arah Pak RT, "Mau kapan pergi ke kotanya? Saya sarankan untuk secepatnya mengabarkan ini kepada keluarga Neng Raihanah disana."

"Insyaallah besok saya akan pergi ke kota Pak RT. Kalau hari ini saya tidak bisa, ada janji sama adik-adik saya."

Lalu, Pak RT memberikan sebuah kertas yang berisi alamat lengkap rumah Raihanah.

"Ya sudah, ini alamatnya. Kalau sudah disana atau ada apa-apa disana segera kabarkan saya."

Ujang mengangguk dan pergi duluan meninggalkan Pak RT.

Bersambung...

Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang