Pada malam hari tiba, Raihanah akhirnya telah sampai pada depan gapura kampung Sukaharja. Namun mobilnya kehabisan bensin, dia mulai panik dan ketakutan. Raihanah turun dengan memperhatikan kesekitar. Dia mulai memaksakan mobil dengan terus menerus menstater, nihil usahanya sia-sia.
Raihanah mundar-mandir ditempat, untuk memunculkan sebuah ide. Lalu terdengar kentongan warga berbunyi. Para warga menghampirinya dengan penuh kewaspadaan.
"Tolong mobil saya mogok, bisa tolong dorongin tidak, atau carikan bensin?" pinta Raihanah dalam perasaan panik.
"Kamu ini siapa? Saya belum pernah ngeliat ini orang. Ada perlu apa ke kampung ini, mau merencakan suatu kejahatan ya kayak di TV!" ujar salah satu warga merasa curiga.
Lima orang mengelilingi Raihanah sedang bertugas malam ini, "Jangan asal menuduh dulu, Kang. Kita mesti selidiki terlebih dahulu," ujar Ujang.
"Nanti akan jadi fitnah, kalo menuduh orang sembarangan."
"Saya tuh dari kota, datang kesini mau ke rumah Kakek saya," ujar Raihanah. "Ini benar ya, kampung Sukaharja?"
"Iya betul, memangnya siapa gitu Kakek Neng tuh? Siapa tau saya kenal." tanya Ujang.
"Namanya Kakek Imran."
"Kenal sekali, itu majikan saya. Mari saya anter tidak jauh kok dari sini. Biar saya aja bantu bawa barangnya, kelihatannya Neng sudah capek," ucap Ujang.
Ujang mengantarkan Raihanah menemui rumah Kakek Imran. Ujang memerintahkan kawan-kawannya untuk mengurusi mobilnya. Boni, sahabatnya itu menggerutu sebab semudah begitu Ujang dekat dengan seorang perempuan pikirnya.
Raihanah dan ujang sampai di rumah Kakek Imran. Terlihat rumahnya sangat sederhana, berbeda terbalik dengan rumahnya bagaikan istana kerajaan.
Lalu ujang mengetuk rumah sampai tiga kalinya. Perasaan Raihanah memuncak penuh kerinduan, memori masa kecil bersamanya terekam sekali. Datanglah seorang paruh baya dalam keadaan batuk. Orang rumah itu menggunakan sarung, baju koko lengkap dengan peci.
"Ada apa Ujang malam-malam ke rumah Aki? Ada masalah lagi tentang produksi apelnya," tanya Kakek Imran.
"Itu siapanya kamu Ujang?" sambil menunjuk ke perempuan yang berada di sampingnya.
"Ngga Aki itu sudah diselesaikan. Ujang kesini untuk mengantar ini, katanya sih cucu Kakek Imran."
Kakek imran tersentak bila mendengar kata cucu. Dalam usia lanjut Kakek Imran sangat lamban dalam ingatannya. "Cucu ... Hmmm cucu yang mana ya."
"Kek saya Raihanah cucu Kakek. Masa lupa sih!! Ketika Raihanah kecil, Kakek yang selalu mengajak Rai bermain." timpal Raihanah.
"Aduh, bentar Aki lupa. Tapi kesini lah masuk. Ngga baik kalo ngobrol di depan pintu, " ucap kakek Imran mengingatkan kembali dulu kejadian itu.
"Hayu, sini masuk aja, ya beginilah di kampung."
"Saya Raihanah Putri dari kota anaknya Bu Fatma dan Pak Hans. Kakek ingat kan. Pas waktu kecil aku selalu main dengan Kakek di taman depan rumah. Ini liat fotonya, Rai juga masih nyimpen video saat sedang bermain." ujar Raihanah sambil melihatkan gawainya.
"Oh iya, anaknya si Fatma sama si Hans. Iya Aki sudah ingat. Maaf ya Cu, beginilah keadaan Aki sibuk di kebun terus pergi kesana kemari. Jadi ngga sempet ka kota, gak sempet nengok cucu Aki. Sudah gede sekarang cantik lagi," ujar Kakek Imran dengan tertawa lucunya.
"Iya Kakek, Rai sendiri kesini. Ibu sama Ayah kurang perhatian sama Rai. Niatnya disini Rai mau nginep untuk beberapa waktu, Kakek mengizinkan?" pinta Raihanah.
"Sekalian mau jalan-jalan keliling kampung juga. Kayaknya bagus suasananya kalo ngeliat pada siang hari."
"Boleh banget Cu. Disini juga Aki tinggal sendiri selama ini. Tapi ya, keadaannya begini ga ada apa-apa, tidak mewah," ucap Kakek Imran.
"Panggil aja Aki ya Cu, orang kampung sini selalu begitu."
"Hehh.. buat Rai ga masalah Aki."
"Nah, kalo mau jalan-jalan sekitaran kampung sama Ujang aja. Ngeliat sawah sama ngeliat kebun apel Aki. Besok ya," ajak Kakek Imran.
"Oh iya, kita belum kenalan. Saya Raihanah makasih ya atas bantuannya. Kalo tidak ada yang menolong, tidak tau nasibku bagaimana. Untungnya ada orang baik seperti kamu," ucap Raihanah.
Ujang menggangguk.
"Iya Neng, saya Ujang. Panggil aja Kang Ujang" ujar Ujang.
Raihanah menatap dengan sedu, ketika Ujang memperkenalkan dirinya. Jarang sekali dia menemukan laki-laki yang sopan dan bijaksana. Selama ini Ujang yang menjaga Kakek Imran bagaikan orangtuanya sendiri. Kemudian Ujang pamit untuk melanjutkan ronda kembali.
Raihanah ditunjuki kamarnya oleh Kakek Imran, dan keduanya melaksanakan perbincangan yang panjang, untuk mengingatkan kejadian yang telah lalu.
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Nyangkut di Kampung (TAMAT)
Ficción GeneralKasih ibu sepanjang masa. Seringkali mendengar kata-kata tersebut dalam ikatan harmonis. Lain halnya Raihanah yang sedari kecil saja. Namun setelah besar kurang dapat perhatian dari kedua orangtua. Sehingga memutuskan untuk tinggal di rumah Kakek. D...