"You were a risk,
a mistery,
and the most
certain thing I'd ever known"- Beau Taplin -
Rambutnya berantakan, beberapa memar di tangan, luka didahi juga bekas cakaran diantara siku, jangan lupakan juga salah satu anting yang hilang entah kemana.Sehun menatap gadis dihadapannya yang duduk dengan nafas terengah namun tatapannya penuh amarah. Ia membuka sebuah salep obat yang baru saja dibelinya di apotek tadi dan memutuskan mengobati Yoona dahulu disebuah kafe.
"Aw!"
Sehun menatap gadis itu "Aku belum mengoleskannya Na"
Yoona menyadarinya, ia berdehem lalu kembali membuang pandangannya.
"Tahan sebentar" Pemuda itu mengoleskannya, menahan tangan Yoona yang berniat mendorongnya karena rasa perih yang bereaksi.
"Memangnya apa yang kau lakukan disana? Kenapa mendadak ada diperusahaan"
Yoona melirik Sehun kilas tapi tak berniat menatapnya "Aku... hanya kebetulan lewat"
"..."
"Aish, apa wajahku jadi berantakan?"
"Ini tak ada apa-apanya dibanding perbuatanmu pada mereka" Sahut Sehun tanpa menatap Yoona, tangannya sibuk mengobati luka diantara dahi gadis itu.
Yoona tersenyum "Baguslah. Aku bahkan berniat membunuhnya"
Sehun meliriknya, mendapati Yoona tersenyum miring yang membuatnya berfikir bahwa mungkin saja gadis dihadapannya adalah seorang psikopat.
"Kau preman ya?"
"Aku lebih suka gangster"
"Lagipula apa yang kau pertengkarkan sih? Seperti anak kecil saja"
"Siapa yang kau sebut anak kecil? Mereka itu memang pantas dapat pukulan. Bagaimana bisa mereka bilang—"
Yoona mengerjap, tepat saat retinanya bertemu dengan manik Sehun.
"Mereka bilang?"
Hening sesaat. Yoona masih menatap Sehun, melihat dengan jelas bagaimana wajah pria itu dari jarak yang cukup dekat. Ritme cepat yang selalu dibentuk jantungnya saat matanya menyelami pemuda itu.
"Mereka bilang..."
"...wajahku tak cocok dengan riasan ini."
Sehun mengerjap tepat saat Yoona membuang pandangannya. Terdengar konyol karena Yoona menghajar tiga gadis sekaligus hanya karena permasalahan semacam itu. Maksudnya ia fikir Yoona adalah tipe yang tak mempedulikan bualan orang lain tentangnya, gadis itu justru akan datang dengan wajah angkuh lalu membuang muka karena ia tahu dirinya lebih baik. Tapi Sehun tak ingin sok tahu, pemuda itu berusaha memaklumi amarah Yoona dengan tak menunjukkan reaksi apapun.
"Lain kali jangan buang tenaga hanya untuk ucapan orang lain yang tak benar" Sehun menyelesaikan pekerjaannya, menempelkan plester dan menatap Yoona yang dibalas gadis itu
"...dan kau cantik dengan riasan apapun."
💦💦💦
4.19 pm
Matanya berotasi disekeliling ruangan yang padat oleh orang-orang, tangannya memegang sebuah es kopi dingin yang telah diserahkan oleh pelayan sejak 15 menit lalu yang sama sekali belum diminumnya. Disini ia berdiri, dikafe tempat beberapa minggu lalu kejadian itu bermula.