her,
Because she makes life poetry, she turns every bit of it into art.- butterflies rising -
02.42 pm
Mungkin ini siang yang panas. Bahkan sebelum daun menyentuh tanah, rasanya sedikit menjengkelkan untuk keluar rumah tanpa kacamata hitam atau pakaian tipis yang telah menjadi incaran seluruh gadis di pusat kota.
Kaki jenjangnya disilangkan, Yoona membuang pandangannya pada jalanan terik di samping jendela restoran tempatnya berada. Ia mengenakan kemeja bergaris dengan bahu terbuka, rok putih yang memeluk pinggulnya berada diatas lutut, rambutnya terurai dengan lipstick matte berwarna cherry.
Cup!
Yoona menoleh saat merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pipinya, mendapati Eun Woo berdiri tepat disampingnya dengan senyum nakal
"Hey gorgeous" bisiknya lembut, menarik kursi dan duduk tepat dihadapan gadisnya.
Yoona tersenyum, ia tertawa sebentar sebelum kembali mengerucutkan bibirnya "Kau terlambat"
"Aku tahu babe, ini hanya sepuluh menit okay?" Eun Woo tersenyum merayu, meraih tangan Yoona lalu mengecupnya singkat.
"Aku merindukanmu" Lanjutnya, tangannya meraih ikal disekitar dahi Yoona, menyelipkannya dibelakang telinga dengan gaya bak profesional. Yoona merona, tapi gadis itu buru-buru memasang wajah datarnya.
"Kau nggak merindukanku?" Sahut Eun Woo lagi saat merasakan tak ada balasan dari kekasihnya.Obsidian Yoona lekat memandang pria dihadapannya. Oh tentu saja, seharusnya pria seperti inilah yang menjadi suaminya. Berakhir menikahinya dengan tawa di altar.
Bukan macam Sehun. Yang sialan, entah apa yang baik dari pria itu. Yoona tak yakin ada sesuatu yang membanggakan dari pria tua sepertinya. Mereka selalu berakhir dengan perang mulut dan makian yang menjemukan.
"Oh tentu saja aku merindukanmu" Balas Yoona tersenyum lebar
Eun Woo mengangguk "Tapi babe, kau tak menghubungiku beberapa hari ini"
Sebenarnya, pria itu tak bermaksud penasaran. Hanya basa-basi yang tak perlu mengingat gadisnya sebagai supermodel tentu saja sosok yang sibuk tiap hari.
Yoona mengalihkan pandangannya saat fikirannya tiba-tiba mengingat pernikahannya. Berada di gereja untuk meraih tangan Oh-Sialan-Sehun dan mengucapkan sumpah. Berhaha-hihi dengan seluruh tamu bodoh yang Yoona yakini bahkan mungkin mentertawakan nasibnya hingga kini. Tentu saja, dia tak mungkinkan menepuk tangan Eun Woo, tertawa lalu berkata 'oh, kemarin aku menikah babe'
"Ada sesuatu yang harus kulakukan" Sahut Yoona akhirnya
"Aku baru saja berencana ke New York menemuimu tahu"
"Oh ya?"
"Aku hampir mati karena merindukanmu" Yoona tertawa mendengarnya, Eun Woo adalah salah satu perayu handal menurutnya. Dan walaupun tak merasakan getaran apapun, tapi Yoona merasa senang dipuji dan dipuja oleh pria semacamnya.
Eun Woo tersenyum, pria dengan kemeja biru itu kembali meraih tangan Yoona. Mengelus punggung tangannya lembut lalu memandang iris mata hitam Yoona
"Hey babe, bagaimana dengan bar malam ini?"
💦💦💦
"Jadi?"
Sehun menoleh, mendapati Kai duduk dihadapannya dengan cangkir kopi yang hampir tinggal separuhnya. Pria itu menaikkan alisnya dengan raut penasaran