a star, a scar and you

595 63 25
                                    

 8 tahun sebelumnya...

  04.53 pm

  “Sudah cepat serahkan uangmu!”

  Suara  interupsi yang mengintimidasi terdengar dari balik jalanan padat Seoul, masuk lebih ke dalam sebuah gang kecil yang lengang. Beberapa pemuda dengan seragam SMU Nampak tengah memojokkon seorang pemuda yang juga memakai seragam sekolahnya namun kelihatan agak berbeda. Pemuda yang tengah dikeroyok itu menggunakan almameter sekolah lain.

  “Yah, Sehun-ah kau tahu kan harus serahkan uang pada kami tiap minggu?”

  “Bangsat jangan diam saja!”

  BUGH!!

  Suara tinju yang dilayangkan pada wajah mulus pemuda dihadapan mereka terdengar jelas, para berandalan itu tertawa saat melihat manusia dihadapan mereka terjatuh kesakitan. Sehun tak sempat meraih tasnya saat seorang anak laki-laki bertubuh gemuk menyahut tas miliknya, mengeluarkan seluruh barang-barang didalam sana dengan acuh. Ia melihat seluruh buku-bukunya terjatuh saat mereka semua merogoh bagian dalam tas untuk meraih uang miliknya.

  “Woah! Sudah kubilang kau punya uang!”

  “Bajingan ini menyembunyikan uangnya sekarang” Ujar seseorang yang lain dengan nametag di seragamnya yang bertuliskan Park Jaesung. Pria itu melemparkan tas hitam Sehun pada pemuda itu dengan kasar. Ia menarik kerah pemuda itu sambil menatapnya nyalang, Sehun hanya menatap mereka semua dengan raut tanpa ekspresi.

  “Jika masih ingin hidup, lakukan saja perintah kami, paham?”

  Pemuda bernama Jaesung itu kemudian mengajak kawan-kawannya untuk pergi dari gang kecil itu menuju jalanan besar Seoul sambil membagi-bagikan uang yang ia dapat dari balik tas Sehun. Jalanan yang sepi didalam area itu seolah menatapnya dengan kasihan, Sehun mengusap rambutnya kasar. Menarik tasnya dan memasukkan barang-barang miliknya yang berserakan dibawah sana dengan nafas yang sedikit tersengal. Ia sedikit meremas buku yang dipungutnya, merasakan aliran darahnya mendidih tapi tak ada yang bisa ia lakukan atas semua kejahatan itu.

  Ia bangkit akan berjalan pergi saat ia justru mendapati seseorang yang berdiri tak jauh darinya. Seorang wanita yang sudah tua menatapnya dengan iba. Mungkin umurnya sudah mencapai usia delapan puluh tahun atau lebih. Berdiri dengan menggunakan tongkat yang menyangganya untuk tetap berdiri. Sehun tak terlalu menanggapinya, ia berjalan melewati wanita renta itu tanpa mengatakan apapun.

  Mungkin, sudah setiap harinya wanita tua itu melihatnya diperlakukan demikian. Perundungan yang dilakukan oleh Jaesung dan kawanannya hampir menjadi makanan sehari-hari bagi Sehun. Mereka semua berasal dari sekolah yang berbeda dengan Sehun dan sedikit banyak mengenalnya. Menjadikan Sehun sasaran perundungan dan memperlakukannya semena-mena. Akan ada yang bertanya mengapa Sehun hanya membiarkan itu terjadi tanpa perlawanan darinya? Sayangnya, Sehun bahkan tak punya siapapun di pihaknya. Sejak kecil ia tinggal bersama ayahnya yang tak menyayanginya, ibunya sudah meninggal sejak lama. Saudara-saudaranya, tak pernah memperlakukan dirinya dengan baik. Seokjin, kakak laki-lakinya itu bahkan berteman baik dengan Jaesung. Mungkin, itu semua terjadi karena dirinya adalah seorang anak tiri. Ia memiliki ibu yang berbeda dari kakak laki-laki dan perempuannya.

  Sebenarnya, Sehun pernah membalas perlakuan mereka. Tapi, akhirnya pemuda itu kalah juga. Setelah perkelahian yang memuakkan dan tanpa siapapun di pihaknya, Sehun rasa ia hanya membuang-buang waktunya. Bahkan saat dirinya mencoba untuk mencari jalan pulang lain yang agak lebih jauh, Jaesung dan kawanannya justru akan bertindak lebih jauh seolah-olah Sehun adalah pengkhianat.

  Pemuda itu berjalan sedikit lebih jauh dan mencapai jalanan lain yang lebih besar dan padat. Ia duduk disebuah halte bus. Pandangannya jatuh kedepan, tapi diam-diam pikirannya berlari lebih jauh. Dari balik pakaiannya yang agak abu-abu akibat jatuh di jalanan yang berdebu, keringatnya menetes. Begitu juga air bening dari balik danau matanya.

New RomanticsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang