4. Balikan?

24.7K 2.7K 217
                                    

Hey hey hey!

Jangan lupa vote komen yaaa!

𝗦 𝗶 𝗹 𝗲 𝗻 𝘁  𝗕 𝗼 𝘆 𝗳 𝗿 𝗶 𝗲 𝗻 𝗱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝗦 𝗶 𝗹 𝗲 𝗻 𝘁  𝗕 𝗼 𝘆 𝗳 𝗿 𝗶 𝗲 𝗻 𝗱

Lalisa Wirasma •  Aaraksha Joan

[4. Balikan?]

Alisa menarik tangannya. Berucap dengan tatapan kecewa, "Kalo lo nggak ngomong juga, kita putus."

Joan terbelalak. Tangannya yang terangkat, hendak memegang Alisa terhenti begitu saja, lalu jatuh dengan lunglai. Tak ada reaksi lagi dari Joan setelahnya.

Melihat tak ada tanda-tanda Joan akan berbicara, Alisa mendengus dan berbalik, meninggalkan Joan yang masih tediam. Merasakan Joan yang tak mengejarnya, Alisa berteriak gemas dalam hati.

Kejar kek, anjir!

Kendati begitu, Alisa tak menoleh, meski sebenarnya ia sangat ingin tahu apa yang Joan lakukan atau sekedar melihat raut wajahnya. Apakah Joan kecewa, takut, atau apapun itu. Alisa tak mau Joan berfikir bahwa itu hanya ancaman semata dengan membalikkan badan.

Meskipun faktanya ia hanya mengancam, berfikir Joan akan terjebak seperti usul yang Meisya katakan. Tapi sekali lagi, reaksi Joan selalu membagongkan.

Anjim banget Joan!!

***

"Ih, jangan main comot aja! Kamu itu anak gadis, tapi kelakuannya sadis."

Mungkin maksud Emina--Mamanya, Alisa ini seorang perempuan yang seharusnya sopan, lugu, menjaga perilaku, bukan bar-bar, selalu menyahuti ketika dinasihati, dan pecicilan seperti preman gadungan di jalan.

Merasakan pukulan sang ibu yang tidak ada duanya, Alisa meringis sembari mengelus tangan yang semula hendak mencomot tempe goreng krispi kesukaannya. Mood makan pun semakin hilang saat Emina kembali bersuara.

"Tumben Mama nggak dapet laporan tadi, kamu nggak bolos?"

Tuh, kan. Kebiasaan Ibu-ibu yang sudah mendarah daging. Alisa heran, saat sedang bangsat banyak mendapat wejangan. Giliran ia tobat begini malah dipertanyakan. Lantas, Alisa harus bagaimana?

"Jadi Mama mau Alisa bolos lagi? Syukur deh kalo Mama ridhoi Alisa."

Emina hampir tersedak mendengar jawaban anaknya. Sedangkan Alisa tengah sibuk melihat jajaran bakso dan jajanan berat lainnya yang selalu tersedia disebelah kanan meja makan.

Pantas saja body Mama-nya seperti gentong begitu. Orang tiap hari makanannya bakso dan seblak melulu.

"Jangan itu!" seru Emina manakala Alisa hendak mengambil bakso.

Silent BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang