9. Kita Pacaran!

17.5K 2.1K 131
                                    

Hey hey hey!

Jangan lupa vote dan komen yaa!

𝗦 𝗶 𝗹 𝗲 𝗻 𝘁  𝗕 𝗼 𝘆 𝗳 𝗿 𝗶 𝗲 𝗻 𝗱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝗦 𝗶 𝗹 𝗲 𝗻 𝘁  𝗕 𝗼 𝘆 𝗳 𝗿 𝗶 𝗲 𝗻 𝗱

Lalisa Wirasma •  Aaraksha Joan

[9. Kita Pacaran!]


"Kok gue malah ikut lari sama lo si anjir?! Harusnya gue disana!"

Bima masih terduduk, mengatur napasnya yang ngos-ngosan akibat berlari tadi. "Tenang aja, tadi gue denger Dokter Aiman nyuruh Joan ambil buku di diperpus."

"Yaudah ayo ke perpus." Alisa hendak melangkah, namun Bima menghentikannya. "Bentar anjir, napas gue masih putus-putus."

Alisa mendecak sebal. Bima ini sangat membuang-buang waktu berharga miliknya. "Kenapa gak sekalian putus selamanya sih?"

"Ya Allah Lis, mulut lo jahat banget."

"Otak yang mikir kok nyalahin mulut."

"Ya tapi kan terucap lewat mulut."

"Lo ngajak tubir terus dah heran gua. Lo lemah, mending diem aja nggak usah ikut campur hubungan gue, nanti lo kejang-kejang liat keuwuan gue sama Joan."

"Sialan!"

"Nama tengah gue! Bye, monyetku! Mwaah!"

Setelah melayangkan fly kiss yang membuat Bima senam jantung sebab mual plus kesal, Alisa berlari menuju perpustakaan. Alisa ingin meminta maaf atas ucapannya yang berlebihan kemarin.

Saat sampai, keadaan perpustakaan begitu sepi. Iyalah, ini kan perpustakaan bukan pasar. Tak banyak orang, hanya sekitar dua puluh sampai tiga puluh orang yang ada disini. Alisa menyusuri rak buku tentang kesehatan dan jenis penyakit serta obatnya.

Mendengar benda jatuh cukup keras, Alisa dan beberapa orang langsung melihatnya. Ia meremat pinggiran rak buku saat melihat Joan tengah memeluk Tera. Kemarin Dinda, dan sekarang? Kenapa Joan jadi main cewek kayak gini?

Mata Joan terkesiap melihat Alisa yang mulai berkaca-kaca. Alisa pergi dari sana, niat baiknya Joan rusak begitu saja. Cowok itu spontan melepaskan Tera, membuat Tera jatuh terduduk dengan bokong yang mencium lantai terlebih dulu. Beberapa orang menolongnya untuk bangkit.

Joan mengejar Alisa. Sungguh, pantas saja jago membolos jika larinya secepat ini. Joan saja sampai kewalahan.

"Itu si Alisa ngapain lari-lari. Lagi main kejar-kejaran sama Pak Bambang?"

Tanya dari Bima pun tak Joan hiraukan, mengejar Alisa sebelum benar-benar kehilangan jejaknya. Langkah Joan memelan saat menaiki tangga, ditengah napasnya yang memburu, Joan tersenyum melihat Alisa yang berjongkok seperti anak kecil diujung tangga depan pintu rooftop. Alisa pasti diam disana karena pintu terkunci dan tak mungkin balik lagi.

Silent BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang