Hey hey! Baca lagi yukk! Di tunggu jejaknya yaa, terimakasih!
𝗦 𝗶 𝗹 𝗲 𝗻 𝘁 𝗕 𝗼 𝘆 𝗳 𝗿 𝗶 𝗲 𝗻 𝗱
Lalisa Wirasma • Aaraksha Joan
[20. Sekolah]
Alisa itu bukan tipe orang yang suka rebahan seharian jika sedang sakit. Menurutnya, itu hanya akan memperparah sebab tubuhnya tak di gerakan. Makanya, hari ini Alisa ngotot pergi sekolah meski sedikit pusing dan lemas.
"Mama khawatir kamu drop, Sa." Emina berkata seraya mengoles selai pada rotinya. Sedangkan Alisa menyuapkan bubur dengan terpaksa.
"Paling nanti pingsan," jawab Alisa dengan tenang. Ia meminum obat. "Auh.. Kembung!" kesalnya mengusap-usap perut.
"Dianter Pak Edi, sepeda Joan ntar masukin ke garasi. Kamu masih sakit," titah Emina, Alisa membuat tanda ok.
Keluar dari rumah diantar mama. Menunggu sejenak, ada mungkin dua menit Joan tiba, menggowes sepedanya. Laki-laki itu tersenyum, menyapa Alisa. Namun, malah Emina yang kegirangan. Hadeh, untung Alisa sabar.
"Joan, pake mobil ya. Alisa masih sakit, dianter Pak Edi. Sepeda kamu masukin garasi aja." Emina berujar senang. Joan mengangguk.
Alisa memutar matanya malas. Setelah pamit, Joan membukakan pintu mobil untuk pacarnya. "Makasih, Boyfie." Joan mengangguk, menatap Emina sebentar, pun sang mama mertua mengangguk. Joan pun masuk.
Didalam mobil, Alisa berucap kesal, "Jangan genit kenapa sih, niat banget jadi ayah tiri gue ya lo?"
Joan menyanggah dengan mengibaskan tangan sambil menggeleng. Raut wajahnya lucu sekali. Alisa mencebik ish dengan senyuman di ranum mungilnya.
"Jangankan Joan, saya aja niat, Non." Tahu-tahu, Pak Edi menyahut dari kursi kemudi.
Alisa terbelalak. Ini Pak Edi ngelawak apa gimana? "Semangat, Pak. Bentar lagi lucu."
Pak Edi terkekeh. "Hahaha.. Iya, Non. Haha.. Ha.. Sial!" balas Pak Edi, nada bicaranya memelan di akhir kalimat. Padahal ia serius, malah dikira becanda.
Joan meletakkan punggung tangan di dahi Alisa. Normal. Alisa pun berkata, "Gue gak papa. Nanti bangunin pas udah ny
ampe, gue mau tidur."
Joan mengangguk dan menunjuk bahunya; mempersilahkan jika Alisa ingin bersandar disana. Tentu saja, Alisa langsung memiringkan kepala dan menutup mata. Joan tersenyum, mengusap lembut rambut Alisa.
Ada banyak hal yang aku syukuri, terutama kamu. Setiap hari, rasanya menyenangkan saat kamu ada disini. Entah untuk memaki atau berkeluh kesah tentang aku yang tak pernah bicara. Aku tahu, mungkin suatu hari nanti kamu akan mulai bosan sebab tak ada teman untuk diajak berbincang, mungkin suatu hari kamu akan menyerah, tetapi, aku akan tetap memastikan kamu ada disini, tetap bersyukur untuk hari ini, untuk Tuhan yang membawamu padaku, dan untuk setiap rasa yang kembali setelah aku mengenalmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Boyfriend
Random"Boyfie sialan! Gue benci lo! Gue sumpahin lo bisu beneran! Kita putus!" __ Kejadiannya sudah lama sejak Alisa bertemu pacar misteriusnya. Hari itu, masih melekat jelas dalam ingatan Alisa saat pertama kali mereka bertemu, kala itu Alisa terjatuh sa...